Mohon tunggu...
Lugas Wicaksono
Lugas Wicaksono Mohon Tunggu... Swasta -

Remah-remah roti

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Ketika Industri Halal Menjadi Gaya Hidup, Bukan Lagi Monopoli Muslim

1 Januari 2018   15:15 Diperbarui: 1 Januari 2018   18:38 1847
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi daging halal. | bbc.com

Kepala Halqid UB, Dr Sucipto STP MP mengatakan kalau halal bukanlah semata gaya hidup melainkan sudah menjadi kewajiban Muslim mengkonsumsi kuliner halal. Gagasan ini diterima baik Rektor UB, Prof Dr Mohammad Bisri MS dan kantin halal menjadi pilot projects dengan tujuan kelak seluruh kantin di kampus ini berkonsep halal.

Setiap pedagang dan menu yang disajikan telah diverifikasi terlebih dahulu kehalalannya oleh Halqid sebelum dijual. Lembaga ini telah memiliki standar operasional prosedur (SOP) mengenai keamanan dan kehalalan. Dengan begitu menu yang disajikan benar terjamin kehalalannya. Kini seluruh pedagang di kantin halal difasilitasi UB sedang pengajuan sertifikasi halal di Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) Kemenag.

Nurul Sarah, seorang mahasiswa berpendapat jaminan halal di tempat makan bukanlah monopoli Muslim. Setiap orang masih bisa makan di tempat yang menjamin kehalalan karena tidak bertentangan dengan ajaran agama manapun. Baginya syarat halal sama saja dengan standard kuliner layak konsumsi pada umumnya.

"Saya kadang juga makan di sini (kantin halal) bareng sama teman-teman yang non-muslim juga. Mereka santai saja tidak masalah malah lebih bagus karena kalau sudah halal pasti sudah bersih, cara masaknya yang tidak jorok dan bebas dari bahan berbahaya," ujarnya.

Selengkapnya.

Bingung Cari Kuliner Halal Saat Traveling? Aplikasi Ini Bisa Membantumu

Dr Sucipto menunjukkan aplikasi Halal Tracking
Dr Sucipto menunjukkan aplikasi Halal Tracking
Bagi kamu yang bingung mencari kuliner halal saat traveling di satu kota, tak perlu khawatir karena kini sudah ada aplikasi yang bisa membantumu menemukan lokasi rumah makannya. Aplikasi itu bernama Halal Tracking Application gagasan dosen-dosen Universitas Brawijaya (UB) Malang yang tergabung dalam Halal Qualified Industry Development (Halqid).

Mereka berhasil menciptakan aplikasi yang bisa menunjukkan kepada pengguna tempat-tempat kuliner mana saja yang sudah tersertifikasi halal. Data kuliner yang sudah tersertifikasi halal diverifikasi koordinat lokasinya kemudian diinput ke dalam sistem aplikasi. Melalui sistem Georgia Traffic Safety Information System, aplikasi ini terkoneksi dengan Google Map sehingga pengguna dapat mengetahui rute tercepat menuju tempat kuliner halal.

Selain itu, aplikasi ini juga dilengkapi dengan informasi destinasi wisata, hotel syariah dan masjid-masjid yang memiliki nilai historis. Pengguna Android bisa mengunduhnya secara gratis di Playstore. "Karena aplikasi ini berkaitan dengan tourism kita menggabungkan dengan obyek tourism tertentu yang menarik di kota itu. Kelebihannya bisa mengintegrasikan antara halal tourism dengan halal produk," ucap Head of Research Group Halqid, Dr Sucipto STP MP, Kamis (26/10/2017).

Dari hasil penelitian Halqid tidak sedikit pengusaha yang meraup keuntungan signifikan setelah mengantongi label sertifikasi halal. Mengingat kuliner halal bisa dinikmati siapa saja karena tidak bertentangan dengan ajaran keyakinan manapun. Beberapa syarat kuliner halal seperti higinitas juga menjadi standar kuliner sehat pada umumnya. Selain itu tidak ada syarat pengusaha kuliner harus Muslim untuk mendapatkan sertifikasi halal. Asalkan kuliner memenuhi syarat kehalalan maka siapapun bisa mendapatkan sertifikasi tersebut.

"Kebutuhan kuliner halal sangat besar karena konsumen Muslim di Indonesia sangat banyak, apalagi halal tidak bertentangan dengan keyakinan manapun dan tidak harus Muslim untuk mendapatkan sertifikasi halal. Di beberapa negara lain yang mayoritas penduduknya bukan Islam, konsumsi produk halal meningkat terus dari segi bisnis," ujar Sucipto yang juga dosen Fakultas Teknologi Pertanian UB ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun