Masyarakat Indonesia terutama pecinta sepak bola tentunya masih ingat euforia timnas sepak bola menjuarai Piala AFF U-19 pada 2013 silam. Di bawah asuhan pelatih Indra Sjafri, Evan Dimas dan kolega-kolega tampil superior sepanjang laga hingga mengalahkan Vietnam melalui adu penalti di partai final. Gelar juara ini tercatat dalam sejarah sebagai yang pertama kalinya berhasil diraih.
Publik menggadang-gadang para pemain yang masih berusia tidak lebih 19 tahun sebagai cikal bakal pemain timnas senior hebat di masa mendatang. Namun harapan itu ternyata hanyalah mimpi.Â
Wacana untuk mengumpulkan mereka dalam satu klub yang berlaga di Liga Indonesia agar kekompakan tim tetap terjaga usai gelaran turnamen tidak pernah terealisasi. Para pemain yang kala itu banyak diminati klub-klub memilih jalan masing-masing untuk menapaki karir sebagai pesepak bola profesional.
Alih-alih performanya meningkat, sebagian dari mereka justru meredup sebelum usia keemasannya sebagai pesepak bola. Ketika usia sudah bertambah hanya sebagian saja yang kembali memperkuat timnas untuk U-23. Satu alasan mengapa mereka tidak berkembang karena telah berada di dalam zona nyaman sebagai pesepakbola.Â
Sebagian dari mereka yang banyak diminati klub, terutama pemain yang tampil gemilang sepanjang turnamen akhirnya memutuskan bergabung dengan klub-klub yang berafiliasi dengan institusi negara seperti PS TNI dan Bhayangkara FC.
Tidak sulit bagi kedua klub ini untuk mendapatkan pemain yang masih tunas muda ini. Atas nama negara dan nasionalisme, para pemain yang masih polos dapat dengan mudah dibujuk.Â
Apalagi dalam perjalanannya mereka juga diimingi bisa menjadi anggota TNI atau Polri ketika membela klub tersebut. Tawaran menggiurkan ini membuat mereka bergeming. Bayangan meraih kesuksesan masa depan di usia yang masih sangat muda ada di depan mata. Menjalani profesi sebagai TNI dan Polri sekaligus tetap bisa bermain sepak bola. Apalagi kedua profesi itu menjadi idaman banyak masyarakat Indonesia yang harus bekerja keras untuk mendapatkannya.
Mimpi idealis menjadi pesepakbola hebat yang dapat mengharumkan nama bangsa dipinggirkan dahulu. Dogma-dogma yang ditanamkan bahwa dengan menjadi TNI atau Polri sama saja bisa membela negara membuat mereka lebih berpola pikir pragmatis.Â
Mereka tidak perlu ngotot berlatih sepak bola karena begini saja mereka sudah anggota TNI Polri yang mendapat gaji bulanan sampai jaminan hari tua.Â
Sebuah jaminan masa depan yang belum tentu didapatkan ketika hanya fokus menjalani profesi pesepakbola. Ketika jadi pesepak bola mereka bisa saja cedera lalu tidak bisa melanjutkan karirnya, atau di atas usia 35 tahun masih bingung mau ngapain.
Eks pemain timnas sepak bola yang memilih menjalani ikatan dinas cukup banyak. Di Bhayangkara FC di antaranya M Hargianto, Putu Gede Juni Antara, M Sahrul Kurniawan, M Fatchurohman, Maldini Pali, Wahyu Setiawan, Mukhlis Hadi Ning dan Antony yang diangkat menjadi anggota Polri berpangkat Brigadir Remaja Polri penugasan kesatuan lalu lintas Polda Jatim.Â