Mohon tunggu...
Lugas Wicaksono
Lugas Wicaksono Mohon Tunggu... Swasta -

Remah-remah roti

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Menanti Metro TV Mewancarai Eksklusif Hilman Mattauch

20 November 2017   18:05 Diperbarui: 20 November 2017   18:25 2642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Setya Novanto dan Hilman Mattauch/Twitter @ulinyusron

Kecelakaan mobil Fortuner B 1732 ZLO yang ditumpangi Setya Novanto di Jalan Permata Delima, Kebayoran Lama, Jakarta Selasa, Kamis (16/11/207) lusa diduga sejumlah pihak hanyalah rekayasa untuk menghindari upaya hukum dengan alasan sakit. Ini setelah beberapa pengamat melihat beberapa kejanggalan. Salah satunya pengemudi mobil, Muhammad Hilman Mattauch yang seorang kontributor Metro TV tidak mengalami luka. Begitupula ajudan pribadi Novanto, Reza yang duduk di jok kiri depan juga baik-baik saja. Namun uniknya Novanto yang duduk di jok tengah kanan justru mengalami luka serius dan harus dilarikan ke rumah sakit. Padahal mobil menabrak tiang dari depan.

Sosok Hilman menarik untuk dibahas karena ternyata Metro TV tidak pernah menugaskannya untuk menjemput Novanto lalu membawanya ke studio Metro TV. Ia kala itu hanya ditugaskan mencari tahu keberadaan Novanto untuk mendapatkan wawancara eksklusif. Dari hasil sidang terbukti kalau Hilman telah melakukan konflik kepentingan antara menjalankan profesinya sebagai jurnalis Metro TV dengan mengambil keuntungan pribadi dari profesinya itu untuk menjalin hubungan intim dengam Novanto. Sebelum diputuskan untuk diberhentikan, dia lebih dulu mengundurkan diri terhitung sejak Sabtu (18/11/2017).

"Fakta itu memperlihatkan ada conflict of interestdan itu melanggar kode etik. Resminya dia menyatakan mengundurkan diri. Cuma kalau dia tidak mengundurkan diri pun HR sudah membuat surat pemberhentiannya," kata Pemimpin Redaksi Metro TV Don Bosco Salamun saat dihubungi Kompas.com, Minggu (19/11/2017).

Baca: Hilman, Setya Novanto dan Independensi Jurnalis

Hilman sebenarnya telah pernah dipecat Metro TV Juni 2016 lalu. Di dalam surat pemecatan yang diunggah jurnalis senior Andreas Harsono melalui akun Twitter-nya, disebutkan dua alasan pemecatan. Pertama karena Hilman dianggap sudah tidak menjalankan tugas dan tanggungjawab sebagai kontributor yang harus menjunjung etika profesi. Saat masih ditugaskan di KPK, dia sudah bertindak layaknya Laison Officer(LO) bagi individu yang bermasalah secara hukum.

Kedua, Hilman sebagai kontributor yang paham tugas jurnalistik dianggap telah menghalang-halangi wartawan lain termasuk dari Metro TV dalam peliputan di Gedung KPK. Kedua hal inilah yang dianggap fatal sehingga Metro TV tidak bisa mentolerirnya. Merujuk dua alasan itu, apa yang sudah dilakukan Hilman memang merupakan pelanggaran berat terhadap kode etik jurnalistik (KEJ).

Pasal 6 KEJ jelas menyebut bahwa Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi dan tidak menerima suap. Penafsiran, a. Menyalahgunakan profesi adalah segala tindakan yang mengambil keuntungan pribadi atas informasi yang diperoleh saat bertugas sebelum informasi tersebut menjadi pengetahuan umum. b. Suap adalah segala pemberian dalam bentuk uang, benda atau fasilitas dari pihak lain yang mempengaruhi independensi.

Baca: Hilman Sudah Dipecat Setahun Lalu, Mengapa Ditugaskan Menjemput Setya Novanto?

Sementara yang dimaksud LO dalam kasus Hilman bisa diartikan bahwa dia memanfaatkan kedekatan dengan narasumber dalam menjalankan profesi wartawannya untuk menjadi penghubung individu yang bermasalah dengan hukum. Tentu saja apa yang dilakukannya itu di luar tanggungjawab profesi demi kepentingan pribadi. Terlebih sampai menghalangi wartawan lain dalam melaksanakan tugas untuk melindungi individu yang bermasalah hukum. Diduga kuat sosok yang dimaksud Metro TV dalam surat pemecatan itu adalah Novanto.

Namun beberapa bulan kemudian, tepatnya 7 November 2016, Hilman kembali dipekerjakan Metro TV. Sebenarnya setelah resmi dipecat dia masih beraktivitas selayaknya jurnalis dengan liputan di Gedung DPR RI. Dilansir dari Tirto ID, alasan kembali dipekerjakan karena diduga setelah dia mengancam akan membeberkan para jurnalis yang menerima gratifikasi. Dari situ muncul istilah 'Hilman Paper'. Namun Wakil Pemimpin Redaksi Metro TV Abdul Kohar menampiknya dan mengatakan kalau yang bersangkutan mengajukan banding. Satu dalilnya karena tidak ada surat teguran terlebih dahulu sebelum keluarnya surat pemecatan.

"Ada beberapa keberatan dia [ajukan]. Akhirnya kita [ber]sidang. Dia kemudian diberi peringatan keras," kata Kohar.

Selama bertugas, Hilman dikenal di kalangan kolega-koleganya sesama jurnalis dekat dengan sejumlah pimpinan DPR. Dilansir dari Tribunnews, dia dipercaya sebagai Ketua Pressroom DPR periode 2014-2016. Biasanya salah satu tugasnya adalah menjembatani hubungan komunikasi seluruh jurnalis yang bertugas di DPR dengan narasumbernya untuk memudahkan ketika liputan. 

Saking dekatnya dengan Setya Novanto sampai-sampai akun twitternya @mattauch_hilman jadi seperti buzzer-nya Setnov. Hilman kerap me-retweet cuitan Novanto. Pernyataan Novanto bisa sangat mudah ditemui di twitter-nya. Ia juga getol membela Novanto, terutama saat dianggap akting oleh warganet. Salah satunya saat Novanto dituding berpura-pura menelpon ketiks akan diwawancarai sementara layar WA-nya nyala. Sampai-sampai dia membuatkan video khusus demi membela Novanto.

Reporter Tirto, Ahsan Ridhoi, beberapa kali menyaksikan Hilman menggunakan mobil Fortuner bernopol B 1732 ZLO. Saat penetapan Novanto sebagai tersangka untuk kali kedua, 10 November lalu, Hilman pun berada di rumah Novanto. Mobil Fortuner yang menabrak tiang juga terlihat terparkir di rumah Novanto. Hilman saat itu bahkan berperan menghubungkan wartawan dengan Sekjen Golkar Idrus Marham yang berada di dalam rumah Novanto. Sebab hanya Hilman wartawan yang boleh masuk ke rumah Novanto.

Selain itu, Dewan Pers juga telah menduga kalau Hilman telah melanggar KEJ. Terlebih mengenai keberadannya bersama Novanto ketika politisi itu berstatus buronan KPK. Terlebih ketika kecelakan terjadi, dia bertindak sebagai sopir tanpa sepengetahuan Metro TV. Kini tinggal menunggu saja kalau terbukti bersalah sanksi apa yang akan diberikan Dewan Pers kepada Hilman.

"Dari sisi etika profesi, Hilman adalah wartawan, kenapa dia mendampingi, menyopiri, orang yang sedang dicari KPK. Wartawan tidak boleh menjadi sopir atau pengawal seorang yang tengah dicari aparat penegak hukum," kata Ketua Dewan Pers Yosep Adi Prasetyo dilansir dari Detik.com

Sementara Andreas Harsono tidak mempermasalahkannya kalau keberadaan Hilman bersama Novanto ketika itu untuk kepentingan peliputan. Namun menjadi lain kalau keberadaannya itu sebagai orang dekat untuk melindungi Novanto. Andreas mempertanyakan penggunaan mobil yang bukan kendaraan operasional Metro TV untuk menjemput Novanto.

Ia bahkan berharap Metro TV mendalami keterlibatan jurnalisnya dalam kasus korupsi Novanto. Tidak salah kalau stasiun televisi berita itu mewancarai eksklusif eks jurnalisnya sendiri untuk mengungkapkan skandalnya. Seperti yang dilakukan Metro TV terhadap narasumber-narasumber lain ketika mengungkap kasus dalam kapasitasnya sebagai televisi berita.

"Metro TV harus membuka keterlibatan jurnalisnya sendiri. Mereka wajib mewawancara Hilman secara tradisi jurnalistik, karena aneh jika Metro tidak meliput secara independen," jelasnya.

Harapan yang sama juga disampaikan warganet @ulinyusron. Di twitter-nya dia mencuit "Hilman Mattauch, sopir dadakan papa adalah Koordinatoriat Wartawan Parlemen tahun 2016, yang juga jurnalis MetroTV.  KPK perlu dengar keterangannya kenapa bisa menjadi sopir dadakan papa. Metro TV bisa wawancara eksklusif wartawannya sendiri," tulisnya.

Kini setelah Novanto tertangkap KPK justru Hilman yang tidak diketahui keberadaannya setelah peristiwa kecelakaam itu. Bahkan dia menjadi buron kolega-koleganya sesama jurnalis yang ingin mengkonfirmasi kedekatannya dengan Novanto. Beberapa kali sejumlah jurnalis menghubunginya tetapi tidak berhasil. Kalau saja Metro TV berhasil mendapatkan wawancara eksklusif eks jurnalisnya itu, maka percayalah mereka akan semakin terdepan sebagai televisi berita. Pemirsa bisa menjadikan rujukan dalam menonton tayangan berita karena sudah teruji independensinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun