Mohon tunggu...
Lugas Wicaksono
Lugas Wicaksono Mohon Tunggu... Swasta -

Remah-remah roti

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Hilman Sudah Dipecat Setahun Lalu, Mengapa Ditugaskan Menjemput Setya Novanto?

17 November 2017   22:04 Diperbarui: 19 November 2017   14:57 9404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Setya Novanto. Sumber ilustrasi: TribunStyle.com/kolase | style.tribunnews.com

Ketua DPR RI, Setya Novanto mengalami kecelakaan di Jalan Permata Delima, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Kamis (16/11/2017) sekira pukul 18.35 Wib. Mobil Fortuner B 1732 ZLO yang ditumpanginya menabrak tiang listrik tidak jauh dari kediaman Surya Paloh. Ia yang terluka kemudian dilarikan ke rumah sakit Permata Hijau.

Dilansir dari Tribunnews, Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya Kombes Halim Pagarra mengatakan kalau mobil hitam itu ditumpangi tiga orang. Seorang kontributor Metro TV, Muhammad Hilman Mattauch yang duduk di balik kemudi sebagai sopir, ajudan pribadi Novanto bernama Reza yang duduk di kursi kiri depan dan Novanto sendiri yang duduk di kursi tengah kiri.

Hilman dan Reza yang duduk di depan baik-baik saja karena menggunakan sabuk pengaman meskipun kerusakan mobil di bagian depan. Justru Novanto yang duduk di belakang terluka di beberapa bagian tubuhnya dan harus dirawat di rumah sakit.

Ketiga orang ini ketika kecelakaan berencana akan menuju studio Metro TV untuk menjadi narasumber sebuah acara berita. Setelah itu Novanto baru ke Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk memenuhi panggilan sebagai tersangka kasus korupsi KTP elektronik dengan nilai yang diterimanya diduga lebih dari Rp 500 miliar.

Banyak pihak menilai kecelakaan itu sebagai rekayasa untuk menghindari panggilan KPK dengan alasan sakit. Ini setelah dilihat ada beberapa kejanggalan, salah satunya kedua orang di dalam mobil baik saja dan hanya Novanto yang terluka. Di media sosial, warganet bukan bersimpati kepada Novanto tetapi justru kepada tiang listrik. Selama dua hari ini tagar #savetianglistrik menjadi trending topik di Twitter.

Pengemudi mobil, Hilman kini masih diperiksa polisi dan telah ditetapkan sebagai tersangka atas kecelakaan tunggal itu. Saat kejadian, dia mengemudi sembari menelepon sehingga dianggap lalai hingga membuat orang lain celaka. Meskipun begitu dia tidak ditahan. Hilman merupakan kontributor Metro TV yang akan mengantarkan Novanto ke stasiun televisi berita tersebut.

Baca: Hilman, Setya Novanto dan Independensi Jurnalis

Menariknya dalam peristiwa ini, mobil Fortuner yang mengalami kecelakaan milik Hilman pribadi, bukan milik Metro TV atau Novanto. Dari keterangannya kepada polisi, mobil itu dibeli setahun lalu. Yang menjadi pertanyaan, mengapa mereka tidak mengendarai mobil Novanto atau mengapa Metro TV tidak menyediakan fasilitas mobil lengkap dengan sopirnya untuk narasumbernya? Fasilitas penjemputan semacam itu sebenarnya sudah menjadi standar perusahaan-perusahaan besar untuk para tamu pentingnya.

Sementara itu, mengapa Metro TV justru mengutus kontributornya yang sebenarnya tugas utamanya bukan mengemudi? Terlebih harus menggunakan fasilitas pribadi untuk melayani Novanto yang seorang tamu penting. Perusahaan besar sekelas Metro TV tentu memiliki banyak mobil beserta sopir, termasuk eks pemain timnas sepakbola, Alexander Pulalo yang siap ditugaskan kapanpun dan di manapun. Barangkali ada yang istimewa dari si kontributor tersebut sehingga diberikan tugas khusus menjemput Novanto. 

Bisa saja alasannya karena sosok kontributor ini memiliki kedekatan khusus dengan calon narasumber. Perlu diingat, mendatangkan Novanto dalam sebuah acara stasiun televisi bukanlah sesuatu yang mudah dilakukan di tengah kasus korupsi yang membelitnya. Sementara pria yang juga Ketua Umum Partai Golkar ini karena kasusnya memiliki nilai berita yang sangat tinggi. Apapun yang diucapkan akan bernilai mahal karena banyak orang yang menantikannya.

Baru ini Kompas TV berhasil mewawancarainya secara eksklusif melalui program Aiman Wicaksono. Di dalam bisnis media, tentu saja Metro TV sebagai televisi berita tidak ingin ketinggalan mendapatkan wawancara eksklusif ini. Namun itu tidaklah mudah dilakukan karena diperlukan pendekatan-pendekatan kepada calon narasumber yang bersangkutan. Dan salah satu pendekatan yang paling efektif dilakukan melalui orang-orang yang dekat dengannya. Itulah mungkin yang menjadi alasan Metro TV menugaskan Hilman menjemput Novanto. Tidak sekadar menjadi sopir, tetapi si kontributor ini sebagai perantara.

Namun beberapa waktu lalu, seorang jurnalis senior, Andreas Harsono mengunggah foto surat pemberhentian Hilman sebagai kontributor dari Metro TV pada Juni 2016 lalu. Di dalam surat itu disebutkan dua alasan stasiun televisi itu memecat kontributorya. Pertama karena Hilman dianggap sudah tidak menjalankan tugas dan tanggungjawab sebagai kontributor yang harus menjunjung etika profesi. Saat masih ditugaskan di Komisi Pemberantasan Korupsi, dia sudah bertindak layaknya Laison Officer (LO) bagi individu yang bermasalah secara hukum.

Kedua, Hilman sebagai kontributor yang paham tugas jurnalistik dianggap telah menghalang-halangi wartawan lain termasuk dari Metro TV dalam peliputan di Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi. Kedua hal inilah yang dianggap fatal sehingga Metro TV tidak bisa mentolerirnya. Merujuk dua alasan itu, apa yang sudah dilakukan Hilman memang merupakan pelanggaran berat terhadap kode etik jurnalistik (KEJ).

Pasal 6 KEJ jelas menyebut bahwa Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi dan tidak menerima suap. Penafsiran, a. Menyalahgunakan profesi adalah segala tindakan yang mengambil keuntungan pribadi atas informasi yang diperoleh saat bertugas sebelum informasi tersebut menjadi pengetahuan umum. b. Suap adalah segala pemberian dalam bentuk uang, benda atau fasilitas dari pihak lain yang mempengaruhi independensi.

Sementara yang dimaksud LO dalam kasus Hilman bisa diartikan bahwa dia memanfaatkan kedekatan dengan narasumber dalam menjalankan profesi wartawannya untuk menjadi penghubung individu yang bermasalah dengan hukum. Tentu saja apa yang dilakukannya itu di luar tanggungjawab profesi demi kepentingan pribadi. Terlebih sampai menghalangi wartawan lain dalam melaksanakan tugas untuk melindungi individu yang bermasalah hukum. Tanpa bermaksud merendahkan profesi jurnalis, seorang yang berprofesi sebagai kontributor akan sulit membeli mobil Fortuner yang harga bekasnya mencapai Rp 300 sampai 500 juta kalau hanya mengandalkan pendapatannya sebagai kontributor.

Di era keterbukaan informasi semacam ini, oknum jurnalis semacam ini tidak hanya sebatas satu dua orang saja. Inilah yang perlu dipikirkan seluruh insan pers agar nama baik jurnalis sebagai profesi yang mulai tidak tercoreng. Kasihan jurnalis yang sudah menjalankan profesinya sungguh-sungguh dengan berpedoman KEJ. Mereka akan ikut merasakan nama buruk ketika beberapa oknum menyalahgunakan profesinya untuk kepentingan pribadi. Terlebih kekinian sebagian masyarakat telah beranggapan buruk mengenai profesi jurnalis.

Nah, kini setelah memecatnya setahun lalu, mengapa Metro TV masih menggunakan jasa Hilman untuk menjemput Novanto? Apakah dia sudah dipekerjakan kembali atau bagaimana? Pertanyaan inilah yang ditanyakan Andreas Harsono dalam akun Twitternya. "Surat pemberhentian Hilman Mattauch dari Metro TV pada Juni 2016. Mengapa Metro  masih menugaskan Hilman dgn Setya Novanto? Tuduhannya, "liasion officer individu yang bermasalah secara hukum, "https://t.co/1nxFlykAy4" tulis penulis buku Agama Saya Jurnalisme ini.

Sementara dalam press release pihak Metro TV yang beredar, stasiun televisi ini mengakui menugaskan sejumlah jurnalisnya untuk mencari Novanto demi mendapatkan wawancara eksklusifnya. Tidak terkecuali Hilman yang ditulis berstatus kontributor. Mengingat Novanto sejak berkasus sulit dicari. Pada akhirnya Hilman berhasil mendapatkan wawancara eksklusif itu melalui sambungan telepon. 

Banyaknya spekulasi yang menduga mengapa Novanto menumpang mobil Hilman membuat pihak stasiun televisi ini akan berbuat sesuatu. Dalam keterangan resmi itu menyiratkan kalau televisi berita itu tidak pernah meminta kontributornya menjemput Novanto untuk dibawa ke studio. Kini Metro TV dalam press release yang ditandatangani Pimred Don Bosco itu masih menelusuri apakah Hilman melanggar KEJ dalam melaksanakan tugasnya atau tidak.

"Hingga kini, kami masih menelusuri apakah Kontributor Metro TV Hilman Mattauch dalam menjalankan tugas jurnalistik terkait wawancara eksklusif Setya Novanto pada Kamis, tanggal 16 November 2017 melanggar kode etik jurnalistik dan code of conduct Metro TV. Metro TV tidak akan mentolerir dan akan menindak tegas jika ditemukan pelanggaran kode etik jurnalistik terkait dengan tindakan saudara Hilman dalam melaksanakan tugas jurnalistiknya sebagai Kontributor Metro TV," ujar Don Bosco.

Pemirsa memang suka menyaksikan berita-berita eksklusif yang disajikan secara mendalam untuk mendapatkan banyak informasi yang diinginkannya.

Namun, pemirsa juga tidak akan berkenan kalau tayangan berita eksklusif yang ditontonnya itu didapatkan stasiun televisi dengan segala cara. Semoga cita-cita Andreas agar jurnalis di Indonesia benar-benar independen seperti yang ditulisnya dalam buku Agama Saya Jurnalisme bukanlah imajinasi belaka, melainkan fakta yang benar ada, sehingga masyarakat akan mendapatkan informasi yang berkualitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun