Mohon tunggu...
Lugas Wicaksono
Lugas Wicaksono Mohon Tunggu... Swasta -

Remah-remah roti

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Suporter Dirikan Koperasi untuk Beli Saham Arema, Mungkinkah?

28 Oktober 2017   12:18 Diperbarui: 28 Oktober 2017   15:58 6337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Satu cara realistis mengakhiri dualisme Arema bisa dengan membeli saham PT Aremania Arema Bersatu Berprestasi Indonesia yang mengelola Arema FC dan PT Arema Indonesia pengelola Arema Indonesia. Memang butuh uang yang super besar kalau ingin membeli saham keduanya yang nilainya bisa sampai puluhan bahkan ratusan miliar rupiah.

Mempersatukan Arema dengan membeli saham kedua klub kekinian bisa menjadi solusi yang paling realistis di tengah bebalnya manajemen keduanya. Biarpun Aremania mendesak dengan cara apapun mustahil bagi mereka untuk bersatu. Mendudukkan kedua pihak untuk islah sudah sulit karena masing-masing telah memiliki badan hukum sendiri untuk mengelola klub. Begitupula cara penyelesaian melalui jalur hukum yang juga hampir mustahil karena nama, logo, dan pengelola sudah berbeda meskipun masih tetap memakai kata Arema dalam penamaan dan gambar singa dalam logonya.

Sementara kalau ingin mempersatukan Arema dengan cara pembelian saham tidak sembarang orang bisa melakukannya karena nominal yang dibutuhkan begitu fantastis. Harus menghayal menjadi pengusaha kaya-raya dulu kalau ingin melakukannya. Namun cara itu tidaklah mustahil kalau Aremania membeli saham dengan cara patungan. Baca: Kami Beli Saham Arema FC dan Arema Indonesia Lalu Menyatukannya

Aremania bisa saja langsung membeli saham kedua PT yang mengelola Arema FC dan Arema Indonesia kalau bentuk perseorannya terbuka atau publik yang kriterianya harus memiliki pemegang saham minimal 300 orang dan modal yang disetor minimal Rp 3 miliar. Perseroan itu lalu menjual sahamnya secara umum kepada publik (publicly offering) melalui bursa efek. Lalu kalau kedua PT itu berbentuk perseroan tertutup apakah masih bisa sahamnya dibeli Aremania? Bisa, kalau Aremania sepakat membentuk badan hukum terlebih dahulu sebelum membeli saham. Mengingat suporter merupakan komunitas yang terdiri dari kumpulan banyak orang bukan perseorangan. Salah satu kriteria PT harus didirikan oleh dua orang atau lebih. Orang dalam hal ini berarti seorang individu atau badan hukum.

Sementara badan hukum yang sesuai dengan Aremania sebagai komunitas adalah koperasi. Badan hukum ini adalah bagian dari gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan. Sesuai Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas tidak ada ketentuan yang melarang koperasi menjadi pemegang saham PT. Bung Hatta dahulu ketika mendirikan koperasi melihat kalau badan hukum itu sesuai dengan sistem sosial masyarakat Indonesia yang mengutamakan kolektivitas dalam pencapaian tujuan. Masyarakat dikenal suka gotong-royong dan tolong-menolong yang sesuai dengan prinsip koperasi.

Selain itu, koperasi juga bisa mendidik toleransi dan tanggungjawab bersama sehingga semakin memperkuat demokrasi sebagai cita-cita bangsa. Lebih penting lagi koperasi mengajarkan kepada anggotanya semangat percaya pada kekuatan sendiri (self help). Setidaknya semangat ini sesuai dengan suporter terutama Aremania sehingga tidak harus menunggu investor kakap membeli saham Arema untuk menyelamatkan klub kesayangannya itu. Dengan usaha bersama Aremania sudah pasti bisa melakukannya sendiri atau berdiri di atas kaki sendiri (berdikari).

Melalui koperasi, Aremania juga bisa mengembangkan unit usaha sendiri untuk memanajemen klub. Dengan iuran jutaan Aremania yang bisa menjadi anggotanya, bukan mustahil kalau suporter bisa mengelola toko merchandise, minimarket, atau warung bakso yang hasilnya bisa digunakan untuk membeli saham Arema lalu mengelolanya. Tak perlu malu berguru kepada Brigata Curva Sud (BCS) yang telah memiliki dua unit usaha. Di antaranya CS Shop yang menjual merchandise PSS, dan CS Mart yang menjual barang kebutuhan sehari-hari. Dari hasil itu, BCS bahkan mampu menjadi sponsor tim PSS Sleman dan memiliki andil dalam penentuan kebijakan klub. Kelompok suporter fanatik ini juga yang menginisiasi Elja TV.

Dengan besaran saham tertentu, Aremania sudah bisa terlibat dalam penentuan kebijakan manajemen. Tidak lagi berada di luar manajemen yang hanya dilibatkan ketika prestasi tim menurun atau ketika sedang merugi saja. Tidak pula ditempatkan sebagai konsumen yang menjadi sapi perahan dengan dituntut membeli harga tiket, yang tidak jarang harganya selangit  atas nama loyalitas. Dengan dalih hasil penjualan tiket untuk menggaji pemain dan operasional tim selama satu musim agar bisa tetap eksis mengarungi kompetisi. Meskipun sesungguhnya keuntungan itu lebih banyak masuk ke investor.

Aremania ketika sudah menjadi salah satu pemegang saham akan memiliki peran strategis dalam penentuan kebijakan klub. Manajer atau Media Officer yang biasa memberikan buaian kepada suporter itu sesungguhnya tidak lebih hanya sebatas karyawan yang menerima gaji bulanan. Ketika posisi suporter sebagai pemegang saham maka manajemen bisa lebih transparan dalam setiap kebijakan yang dibuatnya.

Sementara itu, bisa dibayangkan kalau suporter dengan koperasi ini kemudian hari berkembang, maka tidak saja bisa mengelola klub Arema, Aremania sendiri juga bisa tersejahterakan. Kelak Aremania tidak harus menjual selusin piring atau ayam di rumah untuk membeli tiket pertandingan Arema. Dengan sistem sedemikian rupa dari iuran anggota koperasi dan laba pengelolaan unit usaha bisa lebih menjamin suporter dalam membeli tiket pertandingan. Misal saja penerapan subsidi harga tiket bagi Aremania yang terdaftar sebagai anggota koperasi.

Sistem koperasi memang tidak pernah menjanjikan kekayaaan karena dikelola dengan semangat gotong-royong. Melainkan dengan koperasi setidaknya bisa membuat kebutuhan klub ataupun suporter tercukupi. Yang terpenting bisa mengimbangi dominasi korporasi yang berorientasi bisnis untuk mendapatkan keuntungan dalam pengelolaan klub. Di manapun mereka akan selalu berorientasi keuntungan. Mustahil terjadi dualisme kalau mereka benar tulus menghidupi Arema tanpa mengakomodir kepentingan kelompoknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun