Anton bisa dikatakan gagal memanfaatkan momentum kejayaan kampung warna di Kota Malang ini untuk melahirkan potensi kearifan lokal, baik berupa budaya, ekonomi kreatif maupun sosial masyarakat kampung. Ia bersama anak buahnya terlalu terkesima dan hanya berpikir menambah populasi kampung-kampung serupa di kotanya tanpa bisa berpikir lebih jauh kearifan lokal apa yang bisa dimunculkan dari dalam kampung ini? Malang sebenarnya masih banyak memiliki kearifan lokal tetapi rupanya sudah banyak dilupakan dan tidak ada yang terpikir untuk kembali memunculkannya. Padahal kalau jeli kearifan lokal bisa bernilai ekonomis bagi masyarakat dan menjadi identitas baru kampung-kampung warna ini.
Mereka tidak perlu cemas akan ditinggalkan pengunjung karena kampung yang beridentitas dengan potensi kearifan lokalnya akan menjadikannya berbeda dan abadi. Anak-anak muda yang menjadi pengunjung dominan kampung warna juga akan teredukasi dengan kearifan lokal dan dengan budaya swafoto mereka bisa menjadikan viral di media sosial sehingga Malang tidak saja dikenal dengan tembok rumah yang dicat saja tetapi juga ada identitas di balik cat temboknya. (lugas wicaksono)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H