Mohon tunggu...
Lugas Wicaksono
Lugas Wicaksono Mohon Tunggu... Swasta -

Remah-remah roti

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Natalius Pigai: Antara HAM, Papua, Rizieq dan FPI

10 Agustus 2017   14:05 Diperbarui: 11 Agustus 2017   07:07 6552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Papua kembali berduka setelah seorang warga, Yulius Pigai (28) tewas tertembak aparat Brimob. Peristiwa terjadi Selasa (1/8/2017) pukul 17.45 WIT. Awalnya warga Kampung Oneiebo, Tigi Selatan, Deiyai mendapat kabar seorang warganya, Ravianus Douw (24) tenggelam di sungai saat mencari ikan. Warga bergotong-royong dan berhasil mengevakuasi, tapi kondisinya kritis.

Warga lalu meminta tolong kepada karyawan PT DK yang mengerjakan proyek jembatan sungai Oneibo mengantar Ravianus ke RSUD Madi, Paniani. Namun para karyawan perusahaan yang memiliki fasilitas kendaraan tidak berkenan membantu.

Seorang warga lalu berinisiatif berlari sejauh 10 Km ke Wagete meminta bantuan mobil untuk mengantar Ravianus yang kritis. Cukup lama menunggu sampai hitungan jam akhirnya mobil yang ditunggu datang. Ravianus diantar pakai mobil tapi sampai di RSUD dia sudah meninggal dunia.

Mendapati kenyataan demikian, warga emosi dan melampiaskan amarahnya dengan merusak fasilitas PT DK. Sekitar pukul 17.45 WIT pasukan Brimob Polres Pania bersenjata datang ke lokasi untuk meredam warga. Tujuh warga tertembak, satu di antaranya Yulius Pigai. Dia tertembak di kedua paha dan kemaluan. Sempat kritis dan dilarikan ke Rumah Sakit Pratam Deiyai, Papua. Namun dia tidak bertahan lama dan meninggal dunia pukul 07.00 WIT.

Komisoner Komnas HAM, Natalius Pigai mengaku bahwa Yulius Pigai adalah adiknya. Ia geram dengan peristiwa pelanggaran HAM yang kembali terjadi di Papua. Begitu mudahnya nyawa orang Papua hilang. "Peristiwa itu cukup menyakitkan. Pelanggaran HAM di Papua terus menerus terjadi, hampir ribuan orang tewas. Keluarga inti saya hampir 152 orang (tewas), termasuk ayah saya. Kalau yang sekarang (tewas) adik saya," kata Pigai dilansir dari CNNIndonesia.com.

Sementara dilansir dari Kompas.com, data Setara Institute menyebut ada 2.214 warga Papua yang menjadi korban pelanggaran HAM selama 2016 lalu. Sebanyak 107 di antaranya dilakukan aparat baik Polri maupun TNI. Data itu juga menyebutkan kasus pelanggaran HAM terus meningkat setiap tahunnya tetapi terkesan dibiarkan.

Di sisi lain, Peneliti Human Rights Watch, Andreas Harsono dalam tulisannya di Suara Papua berjudul "Penembakan di Papua yang Tra Pernah Selesai" menyebut sulitnya memperjuangkan kebebasan pers di Papua. Menurut dia, kasus matinya Yulius Pigai, orang Papua yang sudah kesekian kali mati tertembak kembali terulang karena pemerintah Indonesia membatasi jurnalisme yang independen. Terbatasnya akses pers berdampak banyaknya kasus pelanggaran HAM di Papua yang luput dari pemberitaan. Berapa orang Papua yang tewas akibat pelanggaran HAM juga tidak ada data yang jelas.

Banyaknya peristiwa pelanggaran HAM di Papua menjadi satu alasan Natalius Pigai aktif sebagai Komisioner di Komnas HAM. Dengan berkantor di Jakarta diharapkan akan lebih mudah memperjuangkan HAM orang Papua dan lebih mudahnya kasus pelanggaran HAM di Papua terdengar. Tidak mudah bagi Pigai seorang Papua berkulit hitam dan beragama Katolik beraktivitas di Jakarta. Komentar bernada rasial sudah hal biasa dia dengarkan.

Komentar kasar bernada rasial yang diterimanya salah satunya dari Panglima Front Pembela Islam (FPI), Rizieq Sihab. Ia saat menerima penghargaan Democracy Award dari Rakyat Merdeka Online di Hotel Aryaduta Jakarta, 29 Juli 2017 lalu mengatakan kalau Rizieq pernah menyebut Komnas HAM dan dirinya monyet. Sementara Desember 2016 lalu dia juga tidak sepakat dengan FPI yang sweeping atribut Natal di pusat perbelanjaan karena dianggap haram.

"Bulan Desember kemarin teman-teman FPI mengeluarkan seruan pernak-pernik Kristen, Natal itu haram. Saya menolak, saya bilang tidak bisa. Bangsa ini adalah bangsa kita bersama, milik kita bersama. Saya nonton, saya lihat di FPI online, di facebook, twitter, Komnas HAM monyet, Natalius Pigai Monyet. Itu ditulis oleh ustad Habib Rizieq, pasti tahulah itu ya di FPI. Saya baca, oke juga ini, mantap," ujar Pigai.

Beberapa bulan kemudian, FPI tersudutkan dengan banyaknya kasus yang menimpa ormas ini. Kasus-kasus yang beragam ini dilaporkan ke polisi oleh sejumlah pihak. Salah satunya kasus dugaan pornografi berupa chat mesum antara Rizieq dengan seorang wanita berinisial FH. Merasa dikriminalisasi, FPI datang ke Komnas HAM untuk meminta bantuan atas kasus hukum yang sedang dihadapi Rizieq.

"Empat bulan kemudian Habib Rizieq dan rombongan melakukan pengaduan di Komnas HAM. Kami ada 12 komisioner tidak ada yang berani ambil. Saya bilang saya mau jadi ketua tim pembela Habib Rizieq," ungkapnya.

Bagi dia, kesediaannya membela Rizieq adalah bagian dari sikap profesionalnya sebagai Komisioner Komnas HAM. Ia menilai ada kesengajaan dari sejumlah pihak untuk mengkriminalisasi Rizieq. Soal Rizieq yang sempat menyebutnya monyet dianggapnya sudah lalu, dan bagi dia permasalahan pribadi semacam itu terlalu kecil untuk mempengaruhi sikap profesionalismenya dalam bekerja. Ia pun tidak hirau dengan itu.

Meskipun pada akhirnya sikap Pigai yang membela Rizieq mendapat protes dari sejumlah pihak. Termasuk para koleganya sesama komisioner Komnas HAM yang menganggap sikap Pigai adalah sikap pribadi tidak mewakili lembaga Komnas HAM. Belum lagi dari kelompok anti FPI yang banyak memprotesnya, bahkan tidak jarang cacian bernada rasial tertuju kepadanya atas sikapnya membela Rizieq. Ditambah protes dari sejumlah orang-orang Papua yang menganggap kasus Rizieq tidak lebih penting diperjuangkan daripada kasus pelanggaran HAM di Papua.

Terlepas dari benar tidaknya sikap Pigai membela Rizieq, dia patut diapresiasi atas kebesaran jiwanya melupakan ucapan kasar Rizieq dan justru berbalik membelanya saat kesusahan. Sikap ini tentu tidak mudah bagi semua orang yang pernah dihina. Tapi Pigai seorang Papua mampu menunjukkan kematangannya sebagai manusia. Berbeda dengan monyet yang diciptakan tidak pakai akal, dia sebagai manusia yang berakal mampu menunjukkan pola pikir yang luas dan maju ke depan.

Bagi seorang Islam, sikap Pigai ini mengingatkan tentang sosok Muhammad. Dahulu Muhammad sudah terbiasa dengan perlakuan kafir yang membenci, mencaci sampai menghinanya dengan kalimat kasar, tetapi dia tidak pernah mempersoalkannya. Setiap Muhammad berangkat ke masjid, kafir itu sering mengasarinya dengan meludah ke arah wajah Muhammad, tetapi Muhammad sama sekali tidak pernah membalasnya dan justru tersenyum.

Sampai suatu ketika Muhammad selama berhari-hari tidak pernah melihat seorang kafir yang biasa meludahinya. Ia yang penasaran bertanya kepada para tetangganya dan didapati kabar bahwa kafir itu jatuh sakit. Muhammad dengan jiwa besar berinisiatif menjenguk kafir itu di rumahnya. Sikap itu membuat si kafir terperangah tidak menyangka Muhammad semulia itu, sampai satu ketika si kafir memutuskan masuk Islam.

Pigai sebagai seorang Katolik tentu tidak berharap sikapnya itu akan membuat Rizieq mendapat hidayah dan masuk Katolik. Begitupula dia tidak akan sampai membayangkan FPI berubah nama menjadi Front Pembela Katolik (FPK). Namun alangkah mulianya andai saja Rizieq beserta pengikutnya dengan besar hati berniat membalas budi sikap Pigai. Ketika Rizieq suatu saat setibanya dari Arab Saudi berinisiatif mengomando pengikutnya untuk membela orang-orang Papua dengan apapun cara dia. Kalau saja itu terjadi betapa waow-nya bangsa ini, kita akan dipersatukan pemikiran bahwa kita semua bersaudara dalam satu kesatuan bangsa Indonesia. Bangsa asing tentu saja akan grogi menggoda orang-orang Papua untuk makar. Dan tentu saja tidak ada lagi orang Papua yang ditembak aparat karena semuanya baik-baik saja. (lugas wicaksono)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun