Era media sosial bisa dibilang agak aneh. Exposure sampai bisa jadi alat tukar untuk membeli barang dan jasa. Tapi, apa sebenarnya exposure itu?
Ada sumber yang menyebutkan bahwa exposure adalah sebuah keuntungan berupa popularitas suatu brand dari influencer media sosial. Keuntungan tersebut adalah dampak dari jasa influencer yang membantu memasarkan suatu brand.
Meskipun nampaknya meyakinkan, sayangnya praktik bayar pakai exposure ini kerap disalahgunakan. Salah satunya adalah cari gratisan sampel produk dari pemilik barang atau jasa.
Di samping itu, bayar pakai exposure ini juga tidak jelas nilainya. Akibatnya kadang ada pemilik brand yang diuntungkan dari adanya influencer, tapi tidak sedikit juga yang malah rugi.
Bagi yang untung, biasanya disebabkan karena memang influencer itu punya keahlian di bidangnya. Bahkan keahliannya itu juga diakui oleh para pengikutnya.
Sebaliknya, yang rugi juga disebabkan kurang terampilnya influencer. Akibatnya, brand yang menggunakan jasanya bukannya dapat pelanggan, tapi malah jadi sepi atau cenderung tetap.
Proses pengambilan gambar sebagai konten juga kadang jadi masalah. Perlu waktu. Bahkan, kadang juga mengganggu pelanggan lain yang sedang berada di sana. Inilah yang kadang membuat pemilik enggan mengizinkan influencer untuk memasarkan produknya.
Lantas, bolehkah bayar pakai exposure? Jawabnya antara ya dan tidak.
Ya, praktik ini bisa dipakai. Meskipun nilainya tidak jelas. Asal, influencer itu bisa membuktikan seampuh apa jasa pemasaran yang dijalankannya.
Pemilik produk juga harus mengetahui dengan jeli apakah influencer itu benar-benar menguasai bidangnya. Jangan sampai, influencer itu hanya punya banyak pengikut, tapi ternyata kualitasnya biasa-biasa saja.