Mendengar berita kecelakaan kereta api tentunya akan membuat rasa penasaran meningkat. Moda transportasi yang satu ini, di Indonesia sudah mulai jarang mengalami kecelakaan. Bahkan, kalaupun ada pasti sudah bisa dihitung jari jumlahnya.
Berbeda dengan zaman dahulu, kereta api kita memang terkenal akan kecerobohannya. Maklum, zaman itu si roda besi ini memang masih kurang diperhatikan. Sarana, prasarana, hingga sumber daya manusia (SDM) belum sebaik saat ini.
Minggu (18/12), publik dikejutkan sebuah kecelakaan kereta api. Videonya beredar di linimasa media sosial. Beberapa pasti sudah ada yang melihat. Apesnya, kok ya pas tempat kejadian perkara (TKP) di konstruksi Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB). Tepatnya di ruas jalur DK 102+309, Cempaka Mekar, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat.
Mengapa saya bilang apes? Proyek KCJB memang masih menjadi bola panas di kalangan masyarakat. Ada yang pro ada yang kontra. Pro karena bangga negaranya bakal punya kereta cepat. Kontra karena ada anggaran negara yang dipakai untuk menyelesaikan proyek. Padahal, janjinya nggak pakai.
Selain alasan itu, orang yang belum lihat videonya dengan detail dan mungkin hanya membaca atau mendengar saja pasti ngeri. Kereta yang jalannya normal aja kalau kecelakaan sudah ngeri. Apalagi, yang jalannya kencang seperti kereta cepat. Keretanya sendiri digadang-gadang bisa melesat sampai 350 km/jam.
Untungnya, kecelakaan kereta di lokasi proyek kereta cepat kemarin itu bukan si Komodo Merah. Meskipun sampai menimbulkan korban jiwa, kecelakaan tersebut rupanya hanya melibatkan lokomotif dan mesin pemasang rel yang bertugas mengerjakan proyek tersebut.
Hingga hari ini, Senin (19/12), pihak kepolisian mencatat ada sekitar enam korban akibat kecelakaan tersebut. Rinciannya, dua orang mengalami luka berat, dua orang luka ringan, sementara dua orang lainnya meninggal dunia.
Seluruh korban adalah warga negara asing (WNA) asal China. Dua orang yang meninggal adalah Chang Shin Shang, 40, dan Chang Shin Yung, 36. Sementara korban luka yang sudah berhasil teridentifikasi adalah Wang Jiji, Jie Thencang, dan Chao Qianyo. Satu korban luka masih belum teridentifikasi.
Pihak kepolisian bersama Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) dan Kereta Api Indonesia (KAI) masih menyelidiki penyebab dari kecelakaan ini. Kronologi kejadian nantinya akan disampaikan ke publik setelah proses investigasi selesai. Kementerian Perhubungan (Kemenhub) melalui Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) juga telah menghentikan sementara pekerjaan proyek selama proses investigasi.
Kembali pada judul di atas, perlukah takut naik kereta cepat? Menurut saya pribadi, kejadian ini belum cukup dijadikan sebagai patokan untuk takut naik kereta cepat. Bersyukur, kecelakaannya saat masih proses pengerjaan, bukan saat sudah beroperasi untuk umum.