Tak ada bisnis yang stabil. Pastinya dalam perjalanan berbisnis ada kalanya penjualan lagi naik-naiknya, tapi kadang tiba-tiba lesu karena sepi pembeli.
Dampaknya, pasti keuntungan yang didapat tidak pernah tetap. Kalau lagi ramai pembeli otomatis keuntungan besar. Tapi, kalau lagi sepi pembeli, ya otomatis keuntungannya kecil. Sesederhana itu.
Jika ada yang menawarkan investasi dengan return tetap, ada baiknya dicurigai. Apalagi kalau persentasenya imbal hasilnya besar dan jangka waktu pengembalian singkat. Sangat-sangat perlu dicurigai.
Pakai Uang Dingin
Investasi sebaiknya pakai uang dingin. Ini maksudnya bukan uang yang dimasukkan ke dalam kulkas. Tapi, pakai uang yang di luar alokasi kebutuhan rutin.
Jangan berinvestasi pakai uang panas, seperti uang yang dipakai membeli kebutuhan sehari-hari atau bahkan menggunakan dana darurat. Selain itu, hindari juga pakai uang hasil pinjaman.
Pinjaman, apalagi yang versi online punya bunga yang besar setiap bulannya. Bisa di atas 3 persen per bulannya. Kalau dipakai investasi, yang ada malah rugi, bukannya untung.
Penutup
Kasus investasi bodong yang dialami mahasiswa PTN di Bogor semoga bisa memberikan pelajaran berharga. Investasi itu penting, asal tahu ilmunya, ada modalnya, dan tidak hanya sekadar ikut-ikutan (FOMO).
Ada yang menarik setelah adanya kasus ini. Kemungkinan, kampus akan membantu mahasiswa yang terlilit hutang pinjol.Â
Pertanyaannya, apakah kebijakan ini manjur untuk mengurangi risiko terjadinya kasus serupa?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H