Mohon tunggu...
Lugas Rumpakaadi
Lugas Rumpakaadi Mohon Tunggu... Jurnalis - WotaSepur

Wartawan di Jawa Pos Radar Banyuwangi yang suka mengamati isu perkeretaapian.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Dari Kompasianer Jadi Wartawan Media Lokal

24 Oktober 2022   21:18 Diperbarui: 25 Oktober 2022   19:01 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi wartawan. (Sumber: Pexels/Gustavo Fring)

Saya teringat terakhir kali menulis di Kompasiana pada Selasa (6/9/2022) lalu. Terakhir, saya menuliskan tentang kegiatan Indonesian Railway for Preservation Society (IRPS) yang memperbaiki sebuah gerbong ketel tertua.

Sejak saat itu, mungkin beberapa Kompasianer ada yang menyadari jika keberadaan saya lenyap begitu saja bak ditelan bumi. 

Namun, adakah mungkin yang mempertanyakan, ke manakah kira-kira perginya si blogger penggemar kereta api ini?

Tulisan ini akan mengawali kehadiran saya kembali di platform Kompasiana. Sejujurnya, rasa rindu menulis di sini begitu besar. Namun, saya sedikit kesulitan selama beberapa minggu ini karena harus berbagi waktu dengan pekerjaan yang saya lakoni.

Sebelumnya, saya memang tidak memiliki pekerjaan tetap. Sehari-hari hanya menggantungkan hidup sebagai penulis lepas entah itu untuk perseorangan maupun institusi. Bahkan, kadang nyambi jadi videografer untuk para Youtuber.

Sekitar hari Senin (15/8/2022) beberapa hari menjelang bertambahnya usia saya, ada salah satu kawan yang mengabari lowongan pekerjaan. Kebetulan, sejak masih duduk di bangku kuliah, dia tahu betul saya paling suka menulis dan kluyuran.

Lowongan pekerjaan itu adalah sebagai wartawan di media cetak lokal yang berbasis di tempat saya dibesarkan. Bagi yang belum tahu, saya lahir dan besar di sebuah kota berjuluk The Sunrise of Java.

Dari lowongan tersebut, saya coba membaca persyaratannya. Cukup mudah ternyata karena hanya perlu mengirimkan resume dan surat lamaran. Calon pelamar bisa mengirimkannya lewat surel maupun datang secara langsung ke kantor.

Karena saat itu saya cukup malas untuk mengirimkan hardfile ke kantor, akhirnya saya putuskan melamar lewat surel saja. Semua softfile sudah saya persiapkan dan langsung saja saya kirimkan ke alamat yang tertera di pengumuman rekrutmen.

Sayangnya, pelamar tidak diberitahu secara pasti kapan waktu dipanggil untuk wawancara. Bahkan, hingga akhir masa pendaftaran, Sabtu (20/8/2022), tidak ada pengumuman yang muncul.

Sempat panik waktu itu. Jangan-jangan tidak diterima lagi seperti sebelumnya. Memang, sebelumnya saya telah mengirim lamaran ke berbagai perusahaan media. Yang saya incar tetap, posisi wartawan, tidak berubah.

Sambil menunggu, saya pasrah dan akhirnya memilih untuk terus mencoba melamar di perusahaan lain. Selain itu, beberapa aktivitas seperti menulis juga masih tetap saya lanjutkan. Sekadar untuk killing time agar tidak terlalu kepikiran.

Bulan Agustus pun berakhir, masuklah ke bulan September. Sebuah keajaiban pun datang. Iseng, saat itu saya scroll linimasa Instagram. Tiba-tiba muncullah panggilan calon wartawan dari akun resmi media yang saya lamar di bulan Agustus.

Satu per satu saya perhatikan nama-nama yang muncul. Ada 22 nama yang tertera di sana. Yes, benar saja, ada nama saya yang muncul di antara 22 nama yang muncul. Langsung saja saya kabari ibu, "Bu, ada panggilan tes."

Ekspresi ibu langsung senang saat itu. Siapa sangka, anaknya yang sudah setahun lebih menjadi pengangguran terdidik akhirnya dapat panggilan kerja. "Ya sudah dicoba saja dulu, barangkali rezeki," katanya.

Senin (5/9/2022), sesuai dengan undangan, saya menghadiri tes di kantor media tersebut. Ada beberapa tes yang harus dijalani pada hari itu. Tes tulis dan wawancara. Tes tulis ada dua sesi. Kemudian langsung dilanjut tes wawancara.

Tes tulis berjalan lancar. Saya yakin dengan kemampuan menulis yang sudah terlatih bertahun-tahun. Ya, meskipun mungkin bagi sebagian orang, tulisan saya masih jauh dari kata bagus dan sempurna. Tapi tak apa, yang penting pede dulu.

Setelah tes tulis berakhir, ada jeda sejenak sebelum wawancara. Tak begitu lama, nama saya dipanggil. Saya ingat, saat itu saya dipanggil di urutan kedua. Sampai sekarang, saya penasaran soal urutan tes wawancara itu. Random atau memang ada dasarnya?

Di ruangan tes wawancara ada tiga orang yang menanyai saya. Seorang HRD, pemimpin redaksi, dan general manager. Sudah serasa seperti disidang skripsi. Namun, saya tetap mencoba untuk tetap tenang dan rasional menjawab pertanyaan mereka.

Saya ingat betul, pemimpin redaksi memuji hasil tes tulis saya. Lantas, dia menanyakan, adakah tulisan saya yang termuat di website dan bisa dibaca. Langsung, saya sodorkan tautan salah satu artikel di Kompasiana yang berjudul "Memimpikan Banyuwangi yang Terkoneksi Transportasi Publik". Sebuah artikel yang saya tulis pada 21 Agustus 2022.

Usai wawancara, mereka tidak langsung mengumumkan hasilnya. Saya diharuskan menunggu lagi sekitar 2-3 hari. Jika nantinya diterima, mereka berjanji akan menghubungi saya. Setelah itu, langsung saya pulang untuk beristirahat.

Selasa (6/9/2022), saya masih menyempatkan waktu untuk menulis. Tapi, siapa sangka itu adalah tulisan saya terakhir di Kompasiana sebelum hiatus. Malamnya, saya dihubungi oleh pemimpin redaksi untuk menemui HRD besok.

Waktu itu saya tidak menduga kalau itu adalah sebuah pernyataan jika sudah diterima. Rabu (7/9/2022), saya hadir sesuai waktu yang ditentukan. Ada 5 orang termasuk saya yang hadir saat itu. Ternyata, 5 orang inilah yang diterima sebagai wartawan. Sejak tanggal itulah, secara resmi saya diberi surat tugas sebagai wartawan.

Perjalanan untuk menjadi wartawan tangguh di kota gandrung tidak mudah. Ada beberapa fase yang harus dihadapi. Selama sebulan penuh, saya dilatih untuk menulis sesuai standar yang ditetapkan perusahaan.

Jujur, hal itu sangat sulit. Sebab, saya sudah terbiasa dengan gaya tulisan saya. Selama bertahun-tahun belajar nulis, gaya tulisan saya kebanyakan terpengaruh oleh media di bawah naungan Kompas Gramedia. Ya, termasuk para Kompasianer sekalian yang ikut menyumbangkan pengaruh dan akhirnya saya adopsi.

Seminggu saat masa pelatihan, akhirnya 1 teman wartawan mengundurkan diri. Kemudian, pada masa awal penugasan, 1 lagi teman wartawan menyusul mengundurkan diri. Sekarang, hanya tersisa 3 termasuk saya. Namun, yang bikin saya salut adalah 2 teman wartawan yang tersisa semuanya perempuan.

Sejak Senin (10/10/2022), saya dipindahtugaskan ke kantor biro. Letaknya sekitar 30 km dari kantor pusat. Di sini, saya harus meng-cover pemberitaan untuk sebagian wilayah Banyuwangi. Ada 8 kecamatan, saya berbagi tugas dengan seorang wartawan di biro.

Ada banyak pelajaran baru yang saya dapat di sini. Termasuk, beberapa kenalan sesama wartawan hingga orang-orang penting di instansi. Saya juga harus mengatur dengan baik untuk mencari berita di wilayah yang begitu luas.

Kini, sudah 2 minggu saya bertugas di biro. Overall saya masih enjoy menikmati pekerjaan sebagai wartawan. Ya, walaupun kadang ada saja hal yang bikin mengeluh. Tapi, support dari 2 kawan wartawan di kantor pusat masih terus lanjut. Saya pun juga tak mau kalah menyemangati mereka kalau sudah loyo karena masalah di lapangan.

Itulah salah satu yang bikin saya masih bertahan. Kalau tidak ada mereka, saya tidak tahu sudah di manakah sekarang. Bisa saja sudah pindah perusahaan lagi atau balik ke masa-masa jadi pengangguran terdidik.

Intinya dari cerita ini saya ingin mengucapkan terima kasih pada Kompasiana dan Kompasianer sekalian. Saya akhirnya bisa meraih cita-cita yang sudah diidamkan sejak masih duduk di bangku kuliah.

Kemudian, ungkapan terima kasih juga buat dua sahabat yang sudah saya anggap sebagai saudara sendiri selama bekerja. Ayu Lestari dan Gareta Yoga Eka Wardani yang selalu memberikan support meskipun tempat kami bertugas sudah jauh. Terima kasih masih menyempatkan waktu untuk saling berkontak di tengah kesibukan tugas sebagai wartawan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun