Hal ini saya rasakan juga ketika kembali dari Jakarta menggunakan Kereta Api Bima. Tidak ada pilihan selain Probowangi yang bisa saya gunakan untuk menuju Banyuwangi. Mau tidak mau saya harus mengorbankan punggung dan dengkul saya untuk bisa pulang tanpa harus menginap dulu di Surabaya.
Padahal, jika ada Mutiara Timur di jam 8-9 pagi, saya pasti akan memilih kereta api tersebut. Meskipun agak lama jika dibandingkan Probowangi, tapi ada fasilitas di Stasiun Surabaya Gubeng yang bisa dimanfaatkan untuk killing time. Selain itu, saya juga bersedia untuk bayar lebih demi fasilitas yang lebih baik untuk perjalanan pulang.
Penutup
Dari semua pembahasan ini, saya hanya bisa memberikan masukan bagi pegawai KAI untuk berhati-hati dalam bermedia sosial.Â
Gunakan bahasa yang baik dan berikan edukasi secukupnya. Tidak perlu menggunakan konteks lain yang tidak perlu seperti kufur nikmat atau semacamnya. Beri kesan yang baik untuk pelanggan.
Bagi KAI sendiri, saya berharap adanya perubahan di Gapeka selanjutnya. Pastikan Mutiara Timur kembali mendapatkan pangsa pasarnya. Kereta api ini sangat nyaman baik dari segi layanan maupun jadwal keberangkatannya.Â
Semoga dengan adanya kejadian ini, KAI dapat mengevaluasi kembali jadwal perjalanan dari kereta api tertua dan ikon dari Daerah Operasional (Daop) 9 Jember ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H