Dirinya melanjutkan dengan menuliskan soal kereta kelas ekonomi yang sudah manusiawi untuk digunakan masyarakat.
Menjelang akhir, pegawai ini menjelaskan soal layanan kereta api yang dikeluhkan oleh pelanggan tersebut, yaitu Probowangi. Kereta api tersebut merupakan kereta kelas ekonomi bersubsidi.Â
Tidak lupa juga mengajak pembaca untuk mensyukuri hal tersebut, karena sudah diberikan subsidi oleh pemerintah, diberikan standar pelayanan minimum (SPM) sesuai ketentuan, dan tidak ada syarat khusus bagi masyarakat untuk dapat memanfaatkan subsidi tersebut.
Penjelasan soal perbedaan kereta api bersubsidi sudah pernah saya tuliskan di Kompasiana. Termasuk juga soal kritikan saya mengenaik kereta api komersial yang masih menggunakan kereta kelas ekonomi berkapasitas 106 penumpang.
Insan KAI Harus Paham Keluhan Awam
Sekilas tidak ada yang salah dalam pembuatan utas oleh pegawai KAI tersebut. Secara garis besar, utas tersebut mencoba menjelaskan mengenai aspek terpenting dalam operasional kereta api yaitu keselamatan.
Kemudian soal subsidi harga tiket, dan mengingatkan untuk mensyukuri kereta kelas ekonomi yang saat ini kondisinya sudah jauh lebih baik dibandingkan dulu.
Dari sisi pelanggan yang mengeluhkan tempat duduk, rasanya juga tidak salah karena yang bersangkutan juga tidak tahu menahu soal tarif kereta api yang disubsidi pemerintah.Â
Hal itu terlihat dari cuitannya yang hanya mengeluhkan tempat duduk seperti itu kurang nyaman digunakan untuk perjalanan lebih dari 5 jam.
Memang, berdasarkan pengalaman pribadi saya, naik kereta api dengan konfigurasi tempat duduk tersebut dalam waktu lama sangat tidak nyaman. Namun, biasanya saya memilih untuk membiarkan hal itu apabila memang kereta tersebut disubsidi pemerintah.
Menanggapi keluhan semacam itu, ada baiknya insan atau pegawai KAI ini menahan diri untuk mengeluarkan pendapatnya dan mengambil opsi observasi atau mengamati dulu ke arah mana keluhan tersebut berlanjut. Dari hasil pengamatan tersebut nantinya bisa digunakan sebagai bahan evaluasi jika diperlukan.
Membalas tweet keluhan tersebut dan ditambahi embel-embel bersyukur dan kufur nikmat justru akan memanaskan keadaan. Malah, menurut saya hal itu terkesan mengintimidasi pelanggan kereta api yang sedang menyampaikan keluhan.