Mohon tunggu...
Lufri Andi
Lufri Andi Mohon Tunggu... -

seseorang yang masih belajar dalam perniagaan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Memperkosa Renungan

13 Maret 2011   07:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:50 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_94799" align="alignnone" width="320" caption="memeras segala yang terlintas sampai pada titik nadir diri,dari penetrasi-penetrasi ringkas yang terjadi"][/caption]

Pori-pori ku menangis setelah alam senggamai sebagian daratan

Dengan nafsunya memburu sendi-sendi jalanan pada jejak telapak kaki manusia

Menjilati setiap persimpangan alur titik-titik fokus di sampai ke ujung pandangan kesedihan

Hanyalah karena air mereka bergotong royong menjinjing benda-benda berat terasa ringan

Pada pundak-pundak arus gotong menggotong segala yang terlintas tergerus gesek menggesek

----------------------------------------------------------------------------------------------------------

Bagai mana pula jika langitpun berkolaborasi dengan gelombang tak ramah tersebut ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun