Saat ini, dunia tengah menghadapi wabah yang telah tersebar di segala penjuru dunia termasuk Indonesia. Wabah ini telah ditetapkan sebagai pandemi oleh organisasi kesehatan dunia (WHO) karena bersifat menular dan telah tersebar di area geografi yang luas di seluruh dunia. Diketahui bahwa wabah ini disebabkan oleh Corona Virus Disease atau COVID-19 yang dapat menyebar melalui media droplet dan udara. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia mengambil keputusan untuk menerapkan pembatasan sosial skala besar dengan mewajibkan segala kegiatan termasuk bekerja dari rumah (work from home) guna mencegah penularan virus korona yang semakin luas di Indonesia.
Pembatasan sosial (social distancing) dan work from home yang diberlakukan oleh pemerintah tentunya sangat berpengaruh sehingga terjadi perubahan yang signifikan di berbagai sektor, mulai dari sektor sosial, budaya, politik, hingga ekonomi. Sektor ekonomi yang terpengaruh ini memiliki hubungan yang sangat erat dengan dunia bisnis dimana saat ini kegiatan bisnis di Indonesia telah melambat dan terhambat. Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa ekonomi Indonesia pada triwulan III-2020 terhadap triwulan III-2019 mengalami kontraksi pertumbuhan hingga 3,49 persen. Terjadinya hal ini secara tidak langsung menyatakan bahwa Indonesia telah memasuki zona resesi yang dilihat dari pertumbuhan ekonomi minus selama dua kuartal berturut-turut.
Pelemahan ekonomi ini diakibatkan oleh ribuan pemutusan hubungan kerja di berbagai perusahaan dan tutupnya beberapa sektor usaha karena tidak mampu bertahan di masa pandemi. Selain itu, menurunnya daya beli masyarakat sangat berpengaruh terhadap permintaan dan daya produksi perusahaan, sehingga banyak ditemukan perusahaan yang failed.
Sebagai masyarakat Indonesia yang peduli terhadap keberlangsungan bangsa, alangkah baiknya apabila kita turut serta secara langsung dalam membangun perekonomian di tengah masa pandemi ini. Salah satunya dengan mendukung UMKM Indonesia atau dengan kata lain mencintai produk dalam negeri. Dengan menggunakan produk dalam negeri, secara tidak langsung kita telah membantu perekonomian negara karena produsen atau penjual nantinya akan membayar pajak usaha dan uangnya masuk ke kas negara. Apalagi dimasa COVID-19 ini, peran kita akan sangat berarti untuk perekonomian negara sekecil apapun itu.
Seperti yang kita ketahui, dewasa ini banyak sekali barang hasil produksi negara asing masuk ke Indonesia dan bersaing dengan produk dalam negeri. Masuknya barang produksi luar negeri tersebut pastinya sangat memengaruhi pola konsumsi masyarakat dalam memilih produk.
Pasar bebas yang kini terjadi sudah tidak terbantahkan dan Indonesia harus mampu beradaptasi agar tidak kalah dalam persaingan global, terutama di masa pandemi ini. Adaptasi tersebut harus dilakukan oleh semua pihak tanpa terkecuali, termasuk masyarakat awam. Apa yang bisa dilakukan masyarakat dalam menghadapi pasar bebas di masa pandemi ini? Dalam kasus ini, masyarakat dapat berperan sebagai konsumen yang cinta akan produk lokal.
Namun sayangnya, saat ini sebagian besar masyarakat Indonesia lebih suka menggunakan produk luar negeri ketimbang produk dalam negeri. Hal ini sangat memprihatinkan mengingat kondisi ini terjadi karena masyarakat Indonesia kurang percaya diri menggunakan produk lokal dan merasa lebih bangga ketika mampu membeli produk luar negeri. Terlanjur ada anggapan bahwa produk luar negeri jauh lebih baik dibandingkan produk lokal.
Lalu bagaimana cara untuk mulai mencintai produk dalam negeri? Untuk memulai sikap mencintai produk dalam negeri dapat dilakukan dengan mencari tahu sebanyak mungkin barang kebutuhan sehari-hari yang merupakan produksi dalam negeri. Produk tersebut tentu dapat dicari melalui website pemerintah atau akun media sosial UMKM di internet. Produk yang sekiranya sesuai, dimasukkan ke daftar belanja kebutuhan pribadi, sehingga nantinya akan terbiasa untuk membeli produk tersebut.
Kemajuan teknologi di era globalisasi ini juga dapat dimanfaatkan untuk memublikasikan produk-produk dalam negeri yang telah digunakan, misalnya melalui media sosial. Tujuannya tentu untuk memperkenalkan dan menarik perhatian masyarakat luas agar menggunakan produk tersebut. Terkadang, alasan orang tidak menggunakan produk dalam negeri bukan karena masalah dari kualitas produk tersebut, tetapi kegiatan pemasaran yang kurang dan masih kalah dengan teknik pemasaran produk luar negeri, sehingga masyarakat lebih mengenal produk luar daripada produk negeri sendiri.