Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Bergabung dengan BRICS: Sebuah Pilihan Rasional dalam 100 Hari Diplomasi Prabowo

26 Januari 2025   22:51 Diperbarui: 26 Januari 2025   22:51 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTIz91MktGErr8EWc-6ufzPV_ZTefPg-QDXGg&usqp=CAU

Selain manfaat atau keuntungan, perhitungan rasional mempertimbangkan pula potensi-potensi resiko. Keterlibatan negara-negara besar, seperti China dan Rusia, di BRICS membutuhkan navigasi diplomatik yang cermat untuk menghindari ketergantungan atau intervensi berlebihan.

Teori pilihan rasional Allison dapat dikatakan menekankan bahwa setiap keputusan strategis melibatkan trade-off antara berbagai kepentingan. Dalam konteks Indonesia, hal ini berarti menyeimbangkan antara keuntungan ekonomi, kepentingan geopolitik, dan kemandirian nasional.

Lebih jauh, ada aspek menarik lainnya dari keanghotaan di BRICS, yaitu bagaimana keputusan ini mencerminkan upaya untuk merubah kalkulus kekuatan regional. Indonesia tidak sekadar menjadi penerima kebijakan, melainkan berupaya menjadi pemain aktif dalam arsitektur global yang berubah.

Secara teoritis, bergabung dengan BRICS dapat dipahami sebagai strategi "expected utility."  Pemerintah harus mampu memaksimalkan keuntungan potensial sambil meminimalkan risiko. Hal ini sejalan dengan prinsip pilihan rasional yang mengutamakan hasil optimal dalam setiap keputusan.

Meski begitu, kenyataan menunjukkan bahwa model pilihan rasional tidak selalu linier. Faktor emosional, ideologis, dan politis turut memengaruhi proses pengambilan keputusan. 

Dalam kasus ini, semangat nasionalisme dan keinginan untuk memposisikan Indonesia sebagai kekuatan independen juga memberikan warna tersendiri untuk menjadi anggota BRICS.

Uraian di atas mengungkapkan bahwa bergabungnya Indonesia ke BRICS dalam 100 hari pemerintahan Prabowo-Gibran merupakan manifestasi kompleks dari pilihan rasional yang mempertimbangkan multidimensi keuntungan nasional. 

Keputusan ini secara jelas melampaui sekadar kalkulasi ekonomi, melainkan representasi strategi komprehensif untuk memperkuat posisi Indonesia dalam tatanan global yang berubah.

Keberhasilan integrasi ke dalam BRICS akan sangat tergantung pada kemampuan mentransformasi pilihan rasional menjadi capaian konkret. Tantangan sesungguhnya terletak pada bagaimana keanggotaan BRICS dapat mengkonversi potensi strategis menjadi keuntungan nyata bagi rakyat Indonesia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun