Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hampir Dicopet ketika Antri Ngopi di Wina

12 Januari 2025   21:53 Diperbarui: 12 Januari 2025   21:53 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mereka kemudian berbagi cerita tentang berbagai modus pencopetan yang pernah mereka dengar, dari teknik mengalihkan perhatian dengan peta hingga berpura-pura sebagai turis tersesat.

Kopi Vienna mereka akhirnya tiba, ditemani Apfelstrudel hangat yang mengepul. Dari jendela kafe, mereka bisa melihat hiruk pikuk Graben, salah satu jalan utama di pusat kota yang dipenuhi gerai-gerai mewah. 

Pesanan Mozart Kugel - cokelat berbentuk bola dengan isian marzipan - dibungkus rapi dalam kotak bergambar sang komponis. Tak lupa mereka pun berfoto norak dengan latar seorang bule sedang mengantar kopi mereka.

"Yang tadi itu pelajaran berharga ya, Mas," renung mas Dab sambil menyesap kopinya. "Di kota sebagus ini pun tetap harus waspada." Mas Gondhez mengangguk setuju. "Namanya juga kota besar. Tourist trap-nya banyak."

Setelah menghabiskan kopi, mereka menyusuri Krntner Strae menuju Opera House yang megah. Di sepanjang jalan, mas Dab memperhatikan bagaimana pencopet tadi memilih targetnya - turis yang lengah, terlalu asyik dengan pemandangan atau terlalu sibuk dengan kamera mereka.

"Sebenarnya wajar sih kalau orang lengah di sini," komentar mas Gondhez. "Arsitekturnya bikin mendongak terus." Memang benar, gedung-gedung bergaya Art Nouveau di sepanjang jalan seolah berlomba mencuri perhatian dengan detail ornamen yang memukau.

Menjelang sore, mereka mampir ke Naschmarkt, pasar tradisional Wina yang terkenal dengan berbagai makanan segar dan kuliner lokal. Di sini, mas Dab membeli Leberkse - semacam meat loaf yang populer di Austria - untuk bekal di kereta malam nanti.

Perjalanan singkat di Wina memberikan lebih dari sekadar pengalaman kuliner dan wisata. Insiden hampir dicopet itu menjadi pengingat pentingnya kewaspadaan, bahkan di kota seindah Wina. Tapi di sisi lain, justru karena pengalaman itulah mereka jadi lebih memperhatikan detail-detail kota dengan cara berbeda.

Malam itu, duduk di kereta menuju Praha, mas Dab menuliskan pengalamannya di jurnal perjalanan. Wina, dengan segala keindahan dan kejutannya, mengajarkan bahwa traveling bukan hanya soal mengunjungi tempat-tempat indah, tapi juga tentang tetap waspada sambil menikmati setiap momen. 

Dan, Mozart Kugel di tasnya akan menjadi pengingat manis - dan sedikit pahit - tentang petualangan satu hari di ibukota Austria ini. Senang rasanya bisa menyempatkan waktu ke Wina. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun