Musim gugur 2023, bis dari Bratislava menurunkan mas Dab dan mas Gondhez di Vienna International Busterminal, setelah melintasi perbatasan Slovakia-Austria selama 1,5 jam. Perbatasan antara Slovakia dan Austria itu seolah tanpa batas. Tidak ada pemeriksaan paspor dan tanpa penjaga perbatasan.
Dengan waktu terbatas sebelum kereta malam ke Praha, mereka bergegas menuju pusat kota menggunakan U-Bahn, metro bawah tanah Wina yang terkenal bersih dan efisien. 6-8 jam wisata singkat di Wina cukuplah menambah pengalaman berkunjung ke kota penuh bangunan berarsitek kuno.
Stephansplatz, jantung kota Wina, menyambut dengan kemegahan Stephansdom. Katedral bergaya gotik itu menjulang dengan atap berwarna-warni. Di sekitar katedral, turis berkerumun mengambil foto, pedagang kaki lima menjajakan sosis Wrstel, dan musik klasik mengalun dari biola pemain jalanan.
Mas Dab mengajak karibnya mengelilingi jalanan di sekitar katedral itu. Sembari melongok kiri dan kanan seolah kepengen tahu toko atau bangunan apa saja di situ.Â
Satu jam-an mereka menghabiskan waktu untuk sekedar browsing daerah itu. Udara bersih membuat mereka tidak merasa capek berjalan. Namun hidung mas Dab tidak kuat membaui aroma kopi segar.
"Wah, antrian Cafe Central lumayan," komentar mas Gondhez melihat deretan orang di depan kafe bersejarah yang pernah menjadi tempat nongkrong Sigmund Freud dan Leon Trotsky.Â
Mas Dab mengusulkan alternatif: Mozart Cafe, yang terletak tak jauh dari situ. "Sekalian beli Mozart Kugel buat oleh-oleh," tambahnya.
Antrean di Mozart Cafe memang tidak sepadat Cafe Central, tapi tetap membutuhkan kesabaran. Saat menunggu, mas Dab merasakan sentuhan aneh di ransel yang dia kenakan di depan dada - kebiasaan yang dia adopsi setelah membaca banyak cerita tentang pencopet di kota-kota Eropa.
Menoleh ke belakang, dia mendapati seorang pria berpakaian rapi dengan tangan yang baru saja mencoba membuka resleting ranselnya. Mata mereka bertemu. Si pria tersenyum canggung lalu berbalik pergi dengan cepat, menghilang di antara kerumunan turis.
"Untung tasnya di depan, Mas," komentar mas Gondhez yang menyaksikan kejadian itu. "Kalau di belakang, mungkin pasportnya sudah melayang."Â