Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

BRICS dan Tatanan Dunia Baru: Perspektif Indonesia

10 Januari 2025   05:40 Diperbarui: 10 Januari 2025   17:23 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keputusan Indonesia untuk bergabung dengan BRICS—kelompok negara berkembang yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan—menandai langkah strategis dalam politik luar negeri Indonesia. Langkah ini mencerminkan upaya Indonesia untuk memainkan peran lebih signifikan dalam membentuk tatanan dunia yang lebih adil dan seimbang. 

Tulisan ini hendak melihat sejauh mana kehadiran Indonesia dalam BRICS dapat mempengaruhi dinamika geopolitik global dan implikasinya bagi tatanan dunia masa depan.

Menantang Dominasi Barat

Sejak didirikan, BRICS dipandang sebagai upaya untuk menyeimbangkan dominasi negara-negara Barat dalam sistem internasional. Kelompok ini berupaya menciptakan mekanisme alternatif dalam bidang ekonomi, keuangan, dan politik yang lebih inklusif bagi negara-negara berkembang. 

Dengan bergabungnya Indonesia, BRICS kini memiliki representasi dari Asia Tenggara, memperkuat klaimnya sebagai suara kolektif dari Global South.

Keanggotaan Indonesia dalam BRICS memberikan kesempatan untuk mendorong reformasi dalam tata kelola global yang lebih adil. Selanjutnya, BRICS berpotensi membawa kepentingan negara berkembang lebih diperhitungkan dalam pengambilan keputusan internasional.

Peran Indonesia

Sebagai negara dengan populasi terbesar keempat di dunia dan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, Indonesia membawa bobot signifikan ke dalam BRICS. Kehadiran Indonesia dapat memperkuat posisi BRICS dalam negosiasi global, terutama dalam isu-isu seperti perubahan iklim, perdagangan internasional, dan reformasi lembaga keuangan dunia.

Indonesia dapat memainkan peran sebagai mediator dalam BRICS, mengingat pengalamannya dalam diplomasi multilateral dan posisinya yang strategis di antara kekuatan besar dunia.

Bergabungnya Indonesia dengan BRICS dapat membawa beberapa implikasi penting terhadap tatanan dunia:

1. Diversifikasi Kekuatan Global: Dengan semakin banyaknya negara berkembang yang bergabung dalam koalisi seperti BRICS, pusat kekuatan global berpotensi bergeser dari dominasi Barat menuju tatanan yang lebih multipolar.

2. Reformasi Lembaga Internasional: BRICS secara konsisten mendorong reformasi lembaga seperti PBB, IMF, dan Bank Dunia agar lebih mencerminkan realitas kekuatan global saat ini. Kehadiran Indonesia dapat memperkuat upaya ini.

3. Peningkatan Kerjasama Selatan-Selatan: BRICS berfokus pada penguatan kerjasama di antara negara-negara berkembang. Indonesia, dengan pengalaman dan kapasitasnya, dapat menjadi motor penggerak dalam inisiatif ini.

Ketiga implikasi di atas perlu diperhitungkan mengingat keberadaan lembaga-lembaga internasional selama ini lebih didominasi oleh kepentingan negara-negara Barat.

Tantangan

Meski demikian, BRICS juga menghadapi beberapa tantangan serius. Tantangan pertama, perbedaan kepentingan. Negara-negara anggota BRICS memiliki kepentingan nasional yang beragam, yang kadang kala dapat menyebabkan perbedaan pandangan dalam menentukan arah kebijakan bersama. 

Sebagai sebuah organisasi internasional baru, masalah ini memang lumrah, namun tetap perlu diakomodasi oleh BRICS. Kemampuan mengelola perbedaan kepentingan itu biasanya akan menentukan survival dan kesinambungan BRICS.

Tantangan kedua adalah tekanan dari negara Barat. Keterlibatan aktif Indonesia dalam BRICS mungkin menimbulkan kekhawatiran di kalangan negara-negara Barat, terutama jika dianggap sebagai pergeseran aliansi strategis. Indonesia perlu membangun kepercayaan bahwa keanggotaannya di BRICS tidak akan mengurangi komitmen globalnya selama ini.

Ketiga, yaitu konsistensi kebijakan luar negeri: Indonesia perlu memastikan bahwa partisipasinya dalam BRICS sejalan dengan prinsip politik luar negeri bebas aktif yang selama ini dianut. 

Dengan menjadi anggota BRICS, Indonesia tampaknya justru mendapatkan momentum menegaskan konsistensi prinsip bebas dan aktif dalam partisipasinya di berbagai kerjasama multilateralnya selama ini.

Manfaat

Memperhitungkan tantangan dan potensi implikasi di atas, Indonesia perlu memaksimalkan manfaat dari keanggotaannya dalam BRICS. 

Dengan menjadi anggota BRICS, Indonesia perlu memperkuat diplomasi ekonomi, yaitu Memanfaatkan platform BRICS untuk membuka akses pasar baru, menarik investasi, dan meningkatkan kerjasama teknologi. 

Manfaat ini perlu segera direalisasikan untuk menegaskan manfaat BRICS bagi anggotanya dan sekaligus membangun kepercayaan bagi konstitusi di masing-masing negara anggotanya mengenai manfaat BRICS.

Tanpa kejelasan mengenai realisasi itu, keberadaan dan manfaat BRICS bakal diragukan dan, mungkin, ditinggalkan anggotanya. Posisi Indonesia adalah menegaskan bahwa manfaat BRICS adalah nyata dan memiliki dampak global.

Manfaat kedua adalah mendorong reformasi global. Aktivisme global melalui inisiatif BRICS memiliki tujuan mereformasi tata kelola global. Kebuntuan reformasi pada lembaga-lembaga internasional selama ini seakan menemukan oase pada BRICS. 

Masalahnya adalah memastikan bahwa suara negara berkembang semakin diperhitungkan di BRICS, sehingga keanggotaannya memiliki nuansa berbeda dibandingkan lembaga-lembaga internasional yang sudah ada.

Manfaat lainnya adalah menjaga keseimbangan hubungan. Sebuah kenyataan yang tidak dapat disangkal bahwa semua negara yang bergabung di BRICS memiliki hubungan dengan negara-negara Barat dan lembaga-lembaga internasional bentukannya. 

Oleh karena itu, perlu ada kepastian bahwa keanggotaan di BRICS tidak mengorbankan hubungan strategis dengan negara-negara Barat dan mitra regional lainnya.

Keputusan Indonesia untuk bergabung dengan BRICS diharapkan merupakan langkah strategis yang dapat memperkuat posisinya dalam kancah internasional dan berkontribusi pada pembentukan tatanan dunia yang lebih adil. 

Untuk mencapai tujuan tersebut, Indonesia perlu memainkan peran aktif dan konstruktif dalam BRICS, sambil tetap menjaga prinsip-prinsip dasar politik luar negerinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun