Orang Belanda, tepatnya orang Amsterdam, lebih ramah ketimbang orang Paris. Ketika bingung mencari jalan ke hotel, orang Amsterdam dengan sabar menjawab pertanyaan mas Dab. Beberapa bahkan menunjukman keinginan mengantar dengan jalan kaki juga.
Sebelum kembali ke hotel, rombongan mampir ke toko stroopwafel di dekat Dam Square, membeli oleh-oleh dan mencicipi wafel hangat yang diisi sirup karamel. Dari jendela toko, mereka bisa melihat Royal Palace yang megah dan Nueva Iglesia yang gothic, dua landmark yang menjadi saksi sejarah panjang Amsterdam.
Dua malam di Amsterdam menjadi penutup yang sempurna setelah presentasi paper di Praha. Rendang di Amsterdam berhasil mengobati rindu akan masakan rumah, meninggalkan kesan mendalam bagi mas Dab dan rombongan.
Besok pagi mereka akan kembali ke Jakarta, membawa pulang stroopwafel, foto-foto di depan tulisan I Amsterdam, dan cerita tentang petualangan mencari rendang di tengah kota kanal.Â
Mungkin harganya memang lima kali lipat, tapi pengalaman menikmati masakan Indonesia di tengah eksotisme Amsterdam? Memang pricey, tapi tetep priceless lah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H