Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Book Artikel Utama

Membedah Kuasa Global Trump 2025 Lewat Buku Chomsky

21 Desember 2024   15:01 Diperbarui: 23 Desember 2024   10:35 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Who Rules the World? | Gramedia

Banyak pandangan bahwa Noam Chomsky melalui buku "Who Rules the World?" pada 2016 itu tidak hendak menjelaskan kenyataan bahwa dunia berada di ambang perubahan dramatis. Meski begitu, analisis Chomsky itu ternyata masih relevan dengan anatomi kekuasaan global ketika Donald Trump bakal kembali ke Gedung Putih pada 2025.

Bagi Chomsky, Amerika Serikat identik dengan "negara imperial" yang mendominasi tatanan dunia pasca-Perang Dunia II. Kecenderungan itu tampak pada kebijakan luar negeri AS selama beberapa dekade. 

Chomsky menunjukkan bagaimana Washington secara konsisten mengejar agenda unilateralnya, mengabaikan hukum internasional, dan norma-norma diplomatik yang mereka klaim dijunjung tinggi.

Ramalan tentang menurunnya hegemoni AS ternyata akurat. Apalagi China muncul sebagai kekuatan ekonomi global, Rusia mqkin assertive  di panggung internasional, dan kerjasama multipolar makin menguat menjadi bukti nyata. 

Namun, yang menarik adalah kecenderungan tentang bagaimana Trump, dengan slogan "Make America Great Again," justru mempercepat proses berkurangnya pengaruh AS yang digambarkan Chomsky.

Selanjutnya, Chomsky mengkritik keras apa yang disebut sebagai "kegilaan nuklir," yaitu  kebijakan persenjataan dan deterrence, yang menurutnya, membawa dunia ke tepi jurang kehancuran. Kekhawatiran ini semakin relevan ketika AS memilih Trump pada pemilihan presiden 2024. 

Retorika Trump yang sering provokatif terhadap Korea Utara dan Iran, serta sikapnya yang skeptis terhadap perjanjian pengendalian senjata internasional dianggap konsisten.

Analisis Chomsky tentang "kapitalisme predator" dan ketimpangan global menemukan momentumnya dengan konteks 2025. Trump yang menerapkan kebijakan ekonomi proteksionis  perang dagang dengan China, dan penolakan terhadap kesepakatan multilateral, seperti Paris Agreement mencerminkan apa yang Chomsky sebut sebagai "kepentingan pribadi yang membabi buta" dari elit global.

Melalui buku ini, Chomsky juga mengungkapkan fenomena "demokrasi defisit" di mana kekuatan korporasi dan elit finansial mendominasi proses politik. Di mata Chomsly, selain seorang miliarder yang menjadi presiden, Trump merupakan personifikasi sempurna dari kritiknya tentang plutokrasi Amerika.

Menurut Chomsky, konflik di Timur Tengah dan "perang melawan teror" tetap berlanjut dalam konteks 2025. Ketegangan dengan Iran, konflik Israel-Palestina yang tak kunjung usai, dan kompleksitas politik Timur Tengah masih menjadi tantangan besar bagi pemerintahan kedua Trump.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun