Masyarakat perlu mengambil peran aktif dalam menjaga ruang digital tetap sehat dan konstruktif, sehingga Pilkada dapat berlangsung dengan damai dan menghasilkan pemimpin yang berkualitas sesuai aspirasi rakyat.
Terlepas dari tantangannya, digitalisasi dalam Pilkada 2024 tetap menawarkan peluang besar untuk memperluas partisipasi politik. Pemilih dari kelompok marjinal, seperti masyarakat di daerah terpencil atau penyandang disabilitas, memiliki peluang lebih besar untuk terlibat melalui saluran digital.Â
Dengan akses yang lebih mudah ke informasi politik, mereka dapat membuat keputusan yang lebih terinformasi. Agar peluang ini terwujud, infrastruktur digital harus diperbaiki dan diperluas, terutama di wilayah dengan akses internet terbatas.Â
Pemerintah juga harus memastikan bahwa teknologi tidak hanya menjadi alat elit perkotaan, tetapi juga melayani semua lapisan masyarakat secara adil.
Dimensi digital dalam Pilkada serentak 2024 adalah pedang bermata dua. Di satu sisi, teknologi digital membuka peluang untuk meningkatkan partisipasi, transparansi, dan efisiensi dalam demokrasi lokal.Â
Di sisi lain, perkembangan digital juga membawa ancaman serius seperti disinformasi, pelanggaran privasi, dan serangan siber yang dapat merusak integritas pemilu.
Pilkada 2024 adalah momen penting untuk menguji sejauh mana demokrasi kita mampu beradaptasi dengan era digital. Jika dikelola dengan baik, Pilkada ini bisa menjadi model bagi proses politik di masa depan, yaitu proses yang lebih inklusif, transparan, dan bertanggung jawab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H