Penyelenggaraan pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak pada 27 November 2024 tidak hanya berdampak pada dinamika politik domestik, tetapi juga berpengaruh signifikan terhadap diplomasi soft power Indonesia di tingkat internasional.Â
Sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia, kesuksesan Indonesia dalam menyelenggarakan pesta demokrasi lokal secara serentak menjadi etalase paling nyata mengenai kematangan demokrasi Indonesia di mata dunia.
Dari perspektif soft power, pilkada serentak 2024 digelar di 545 daerah di seluruh Indonesia pada 27 November 2024. Total daerah yang menjalankan pemilihan kepala daerah serentak  2024 sebanyak 545 wilayah dari 37 provinsi, 415 kabupaten, dan 93 kota.
Penyelenggaraan pilkada itu menunjukkan kapasitas Indonesia dalam mengelola proses demokrasi dalam skala besar. Hal ini memperkuat posisi Indonesia sebagai role model demokrasi di kawasan Asia Tenggara.
Keberhasilan Indonesia menyelenggarakan pemilu dan pilkada secara demokratis telah mendapatkan pengakuan dari berbagai lembaga internasional. Democracy Index yang dirilis The Economist Intelligence Unit menempatkan Indonesia sebagai negara demokrasi terkuat di Asia Tenggara.Â
Posisi ini semakin diperkuat dengan kemampuan menyelenggarakan pilkada serentak yang melibatkan partisipasi puluhan juta pemilih. Posisi itu juga ditambah dengan capaian pelaksanaan pemilihan presiden (pilpres) di awal 2024 ini.
Dalam konteks hubungan internasional, pilkada serentak itu tak dapat disangkal telah memberikan nilai tawar diplomatik yang signifikan. Indonesia dapat memposisikan diri sebagai laboratorium demokrasi yang berhasil mengawinkan nilai-nilai demokrasi universal dengan kearifan lokal.Â
Model pilkada serentak yang efisien dan partisipatif itu dapat menjadi referensi bagi negara-negara berkembang lain yang sedang bertransisi menuju demokrasi. Pelajaran penting dari pesta demokrasi melalui pilkada itu menjadi modalitas signifikan bagi penyelenggaraan agenda tahunan Bali Democracy Forum di akhir  2024.
Pilkada 2024 juga memperkuat nation branding Indonesia sebagai negara demokrasi yang inklusif dan toleran. Keberhasilan mengelola kontestasi politik di daerah-daerah dengan latar belakang sosial-budaya yang beragam menunjukkan bahwa demokrasi dapat berjalan harmonis dengan kebhinnekaan.Â
Dari sisi ekonomi, stabilitas politik yang tercipta melalui pilkada serentak berkontribusi pada penguatan kepercayaan investor internasional. Data Bank Indonesia menunjukkan bahwa periode pilkada serentak sebelumnya tidak berdampak negatif terhadap aliran investasi asing.Â
Bahkan, keberhasilan pilkada dapat menjadi katalis bagi peningkatan investasi karena mencerminkan kematangan sistem politik dan kepastian hukum.
Pekerjaan rumahÂ
Meski begitu, keberhasilan pilkada tidak begitu saja menghapus beberapa persoalan atau tantangan. Ada pekerjaan rumah yang perlu diantisipasi agar pilkada serentak 2024 benar-benar memperkuat soft power Indonesia.Â
Pertama, fenomena politik dinasti yang masih marak dapat mencederai citra demokrasi Indonesia. Data Perludem menunjukkan 30% kandidat memiliki hubungan keluarga dengan elit politik, situasi yang dapat memunculkan kritik internasional terhadap kualitas demokrasi Indonesia.
Kedua, praktik politik uang yang masih terjadi berpotensi merusak reputasi Indonesia sebagai negara demokrasi. Survei menunjukkan 60% pemilih pernah ditawari imbalan material dalam pilkada, fenomena yang dapat menurunkan kredibilitas proses elektoral di mata internasional.
Untuk memaksimalkan dampak positif pilkada serentak terhadap soft power, Indonesia perlu mengambil langkah strategis. Pertama, meningkatkan transparansi dan akuntabilitas proses pemilihan melalui penggunaan teknologi dan keterlibatan pemantau internasional.Â
Kedua, mendokumentasikan dan mempublikasikan best practices penyelenggaraan pilkada serentak sebagai kontribusi Indonesia bagi pengembangan demokrasi global.
Selain itu, keberhasilan pilkada serentak dapat menjadi instrumen diplomasi publik yang efektif. Indonesia dapat berbagi pengalaman melalui forum-forum internasional dan program pertukaran pengetahuan dengan negara-negara berkembang lainnya.Â
Pilkada serentak 2024 merupakan momentum strategis untuk memperkuat soft power Indonesia. Keberhasilan penyelenggaraan akan meningkatkan prestise Indonesia di komunitas internasional dan memperkuat posisi tawar dalam diplomasi global.Â
Sebaliknya, kegagalan mengelola tantangan dapat berdampak negatif pada citra Indonesia sebagai negara demokrasi. Sinergi antara penyelenggara pemilu, pemerintah, dan masyarakat sipil diperlukan ntuk memastikan pilkada itu berkontribusi positif bagi diplomasi soft power Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H