Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Artikel Utama

Geopolitik AI, Manfaat dan Tantangannya bagi Hubungan Internasional

2 Oktober 2024   22:02 Diperbarui: 3 Oktober 2024   07:12 547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) telah menjadi salah satu teknologi paling transformatif di abad ke-21. AI diyakini berpotensi untuk mengubah tidak hanya cara kita hidup dan bekerja, tetapi juga dinamika hubungan internasional dan geopolitik global. 

Seiring negara-negara berlomba untuk menguasai teknologi AI, muncul peluang dan tantangan baru dalam arena global yang perlu diantisipasi dan dikelola dengan bijak.

Salah satu manfaat utama AI dalam hubungan internasional adalah potensinya untuk meningkatkan diplomasi dan kerja sama antar negara. AI dapat membantu para diplomat dalam menganalisis data kompleks, memprediksi tren global, dan membuat keputusan yang lebih informasi (Bjola dan Zaiotti, 2020).

Konon, AI dapat menganalisis pola perdagangan global untuk mengidentifikasi peluang kerja sama ekonomi yang saling menguntungkan antar negara. AI juga berpotensi meningkatkan keamanan global melalui deteksi dini ancaman dan manajemen krisis yang lebih efektif. 

Lebih jauh, AI dapat membantu mencegah konflik dengan meningkatkan kemampuan prediksi dan memberikan peringatan dini tentang potensi krisis (Horowitz et al., 2018) . 

Kemampuan AI bahkan dapat menganalisis berbagai sumber data untuk mendeteksi tanda-tanda awal ketegangan atau konflik, memungkinkan komunitas internasional untuk merespons lebih cepat dan efektif.

Beberapa manfaat itu menjelaskan bagaimana AI dapat menawarkan solusi inovatif untuk mengatasi tantangan seperti kemiskinan, perubahan iklim, dan kesehatan global. AI diharapkan memiliki potensi untuk berkontribusi pada pencapaian semua 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB, seperti distribusi sumber daya, meningkatkan efisiensi energi, dan mempercepat penemuan obat baru.

Tantangan

Meskipun menawarkan banyak manfaat, perkembangan AI juga menciptakan tantangan geopolitik yang signifikan. Salah satu kekhawatiran utama adalah potensi terjadinya kesenjangan teknologi yang semakin lebar antara negara maju dan berkembang. 

Kenyataan yang menarik adalah konsentrasi kekuatan AI di tangan beberapa negara dan perusahaan. Akibatnya, muncul kecenderungan menguatnya ketidaksetaraan global dan menciptakan ketergantungan teknologi baru.

Persaingan untuk dominasi AI antara negara-negara besar, terutama Amerika Serikat (AS) dan China, juga menimbulkan risiko ketegangan geopolitik baru. Lagi-lagi persaingan geopolitik di bidang AI mengerucut di antara AS dan China.

Lee (2018)  memperingatkan bahwa persaingan AI antara AS dan China dapat memicu Perang Dingin baru di bidang teknologi. Persaingan itu menyebabkan fragmentasi ekosistem teknologi global dan menghambat kerja sama internasional.

Penggunaan AI untuk tujuan militer dan keamanan nasional juga menimbulkan dilema etis dan strategis. Scharre (2018) memaparkan pengembangan senjata otonom yang didukung AI menimbulkan risiko eskalasi konflik dan destabilisasi keseimbangan kekuatan global.

Komunitas internasional menghadapi tantangan dalam mengembangkan norma dan regulasi. Dengan regulasi itu, penyalahgunaan AI dengan tujuan berbahaya dapat diantisipasi dan tetap memungkinkan inovasi yang bermanfaat.

Tantangan lain adalah privasi data dan kedaulatan digital menjadi isu penting dalam era AI. Ada kecenderungan "kapitalisme pengawasan" di mana data pribadi menjadi komoditas yang diperebutkan oleh perusahaan dan pemerintah. 

Negara-negara harus menyeimbangkan kebutuhan untuk melindungi privasi warga mereka dengan keinginan untuk memanfaatkan potensi AI untuk pembangunan ekonomi dan keamanan nasional.

Mengelola Geopolitik AI

Menghadapi kompleksitas tantangan geopolitik AI, pendekatan multilateral yang kuat sangat diperlukan. Pembentukan badan global untuk tata kelola AI diperlukan untuk mengkoordinasikan upaya internasional dalam mengembangkan standar dan norma etis untuk AI. 

Organisasi semacam ini dapat memfasilitasi dialog antar negara dan membantu menjembatani kesenjangan dalam kapasitas AI. Kerja sama internasional dalam penelitian dan pengembangan AI juga penting untuk mengurangi risiko persaingan yang merusak. 

Kolaborasi ilmiah internasional dalam AI dapat membantu membangun kepercayaan dan mencegah perlombaan senjata AI yang berbahaya. Inisiatif seperti Global Partnership on AI (GPAI) merupakan langkah positif dalam arah ini.

Beberapa laporan lembaga internasional menunjukkan negara-negara berinvestasi dalam pendidikan dan pelatihan AI untuk memastikan distribusi manfaat AI yang lebih merata. Ini termasuk investasi dalam pendidikan STEM dan program pelatihan ulang untuk pekerja yang terkena dampak otomatisasi.

Kerangka kerja etika AI yang kuat dan dapat diterapkan secara global dapat diinisiasi di tingkat multilateral. kerjasama itu dapat mengidentifikasi "konsensus yang muncul di sekitar prinsip-prinsip etika AI seperti transparansi, keadilan, dan akuntabilitas. 

AI memiliki potensi luar biasa untuk membentuk kembali lanskap geopolitik dan hubungan internasional. Manfaatnya mencakup peningkatan diplomasi, keamanan global yang lebih baik, dan solusi inovatif untuk tantangan global. 

Namun, tantangan seperti ketimpangan teknologi (digital divide), persaingan antar negara besar, dan dilema etis seputar penggunaan AI militer tidak bisa diabaikan.

Untuk menavigasi kompleksitas geopolitik AI, diperlukan pendekatan yang seimbang dan kolaboratif. Kerja sama internasional, tata kelola global yang efektif, investasi dalam pendidikan, dan komitmen terhadap pengembangan AI yang etis dan bertanggung jawab akan menjadi kunci. 

Dengan pendekatan yang tepat, komunitas internasional dapat lebih memanfaatkan potensi AI untuk menciptakan dunia yang lebih aman, adil, dan makmur bagi semua.

Sumber:

https://www.kompas.id/baca/opini/2018/11/28/ai-mengubah-kehidupan-hingga-geopolitik?utm_source=link&utm_medium=shared&utm_campaign=tpd_-_android_traffic

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun