Persaingan untuk dominasi AI antara negara-negara besar, terutama Amerika Serikat (AS) dan China, juga menimbulkan risiko ketegangan geopolitik baru. Lagi-lagi persaingan geopolitik di bidang AI mengerucut di antara AS dan China.
Lee (2018) Â memperingatkan bahwa persaingan AI antara AS dan China dapat memicu Perang Dingin baru di bidang teknologi. Persaingan itu menyebabkan fragmentasi ekosistem teknologi global dan menghambat kerja sama internasional.
Penggunaan AI untuk tujuan militer dan keamanan nasional juga menimbulkan dilema etis dan strategis. Scharre (2018) memaparkan pengembangan senjata otonom yang didukung AI menimbulkan risiko eskalasi konflik dan destabilisasi keseimbangan kekuatan global.
Komunitas internasional menghadapi tantangan dalam mengembangkan norma dan regulasi. Dengan regulasi itu, penyalahgunaan AI dengan tujuan berbahaya dapat diantisipasi dan tetap memungkinkan inovasi yang bermanfaat.
Tantangan lain adalah privasi data dan kedaulatan digital menjadi isu penting dalam era AI. Ada kecenderungan "kapitalisme pengawasan" di mana data pribadi menjadi komoditas yang diperebutkan oleh perusahaan dan pemerintah.Â
Negara-negara harus menyeimbangkan kebutuhan untuk melindungi privasi warga mereka dengan keinginan untuk memanfaatkan potensi AI untuk pembangunan ekonomi dan keamanan nasional.
Mengelola Geopolitik AI
Menghadapi kompleksitas tantangan geopolitik AI, pendekatan multilateral yang kuat sangat diperlukan. Pembentukan badan global untuk tata kelola AI diperlukan untuk mengkoordinasikan upaya internasional dalam mengembangkan standar dan norma etis untuk AI.Â
Organisasi semacam ini dapat memfasilitasi dialog antar negara dan membantu menjembatani kesenjangan dalam kapasitas AI. Kerja sama internasional dalam penelitian dan pengembangan AI juga penting untuk mengurangi risiko persaingan yang merusak.Â
Kolaborasi ilmiah internasional dalam AI dapat membantu membangun kepercayaan dan mencegah perlombaan senjata AI yang berbahaya. Inisiatif seperti Global Partnership on AI (GPAI) merupakan langkah positif dalam arah ini.
Beberapa laporan lembaga internasional menunjukkan negara-negara berinvestasi dalam pendidikan dan pelatihan AI untuk memastikan distribusi manfaat AI yang lebih merata. Ini termasuk investasi dalam pendidikan STEM dan program pelatihan ulang untuk pekerja yang terkena dampak otomatisasi.