Prestasi bersejarah telah ditorehkan Timnas Indonesia dengan lolosnya ke putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia. Pencapaian ini membuka jalan bagi Skuad Garuda untuk unjuk gigi di level tertinggi sepak bola Asia.Â
Salah satu ujian terberat yang menanti adalah pertandingan melawan Australia, tim yang dikenal sebagai salah satu kekuatan dominan di kawasan Asia-Pasifik. Kemampuan menahan imbang Arab Saudi menjadi modal besar bagi timnas Indonesia melawan Australia.
Menghadapi tantangan besar ini, nasionalisme menjadi senjata pamungkas yang perlu dioptimalkan oleh Timnas Indonesia. Nasionalisme bukan sekadar jargon kosong atau klise, melainkan menjadi api semangat yang harus berkobar di dada setiap pemain yang mengenakan jersey Merah Putih.Â
Ini adalah kekuatan tak terlihat yang mampu mendorong para pemain melampaui batas kemampuan mereka demi membela kehormatan bangsa. Rasa cinta tanah air yang membara dapat menjadi pembeda ketika Timnas Indonesia berhadapan dengan Australia.Â
Ketika fisik mulai lelah dan tekanan pertandingan semakin berat, nasionalismelah yang akan membakar semangat juang para pemain untuk terus berjuang hingga detik terakhir. Ini esensi dari "perjuangan sampai titik darah penghabisan" yang sering kita dengar dalam konteks kepahlawanan, namun kini diterjemahkan ke dalam arena sepak bola.
Nasionalisme juga berperan penting dalam menyatukan keragaman pemain Timnas Indonesia. Dengan pemain naturalisasi atau keturunan, setiap individu di dalam tim memiliki tujuan yang sama, yaitu mengharumkan nama Indonesia.Â
Rqsa nasionalisme yang tinggi tercermin dari keinginan para pemain untuk membela Timnas Indonesia, terlepas dari latar belakang mereka.
Pemain naturalisasi seperti Maarten Paes, Rafael Struick, Nathan Cho A-On, Calvin Verdonk, dan Sandy Walsh telah menunjukkan antusiasme mereka untuk membela Indonesia. Sikap ini membuktikan bahwa nasionalisme bukan hanya milik mereka yang lahir di tanah air, tetapi juga bisa tumbuh di hati mereka yang memilih untuk mengadopsi Indonesia sebagai negara yang mereka bela.Â
Keinginan mereka bermain di timnas Indonesia juga menjadi bentuk sederhana dari nasionalisme. Ini termasuk para pemain yang baru saja bergabung, seperti Eliano Reinjders dan Mees Hilgers. Perpaduan antara talenta lokal dan pemain naturalisasi yang dilandasi semangat nasionalisme yang sama dapat menjadi kekuatan luar biasa bagi Timnas Indonesia.
Melawan Australia
Dalam menghadapi Australia, nasionalisme harus diterjemahkan ke dalam aksi nyata di lapangan. Setiap tackle, setiap umpan, setiap tembakan ke gawang harus dilakukan dengan keyakinan bahwa mereka sedang membela kehormatan 270 juta lebih rakyat Indonesia.Â
Pemain-pemain muda berbakat seperti Egy Maulana Vikri, Witan Sulaeman, dan Asnawi Mangkualam, misalnya, harus memimpin di garis depan. Mereka perlu menunjukkan pada dunia bahwa generasi baru sepak bola Indonesia siap bersaing di level tertinggi.
Pelatih Shin Tae-yong memiliki tugas penting untuk memastikan bahwa api nasionalisme ini terus menyala dalam diri setiap pemain. Strategi dan taktik memang penting, tetapi membangun mental juara dan rasa bangga membela negara adalah kunci untuk menghadapi tim sekuat Australia.Â
Shin memang telah membuktikan kemampuannya dalam hal ini, seperti yang terlihat saat Timnas Indonesia berhasil mengalahkan Australia U-23 dan Yordania U-23 di Piala Asia U-23 2024.
Nasionalisme juga harus terpancar dari tribun penonton. Puluhan ribu suporter yang memenuhi stadion bukan hanya penonton pasif, tetapi mereka adalah pemain ke-12 yang dapat mengintimidasi lawan dan memberikan energi tambahan bagi tim.Â
Gemuruh dukungan dari tribun harus menjadi manifestasi dari semangat nasionalisme seluruh rakyat Indonesia. Kabarnya, para panggilan bola Indonesia bakal memenuhi stadion pertandingan melawan Australia.
Yang penting adalah nasionalisme dalam konteks ini bukan berarti merendahkan lawan atau bersikap chauvinistik. Sebaliknya, ini adalah tentang kebanggaan yang sehat, rasa hormat pada lawan, dan tekad untuk menunjukkan pada dunia bahwa Indonesia layak diperhitungkan di kancah sepak bola internasional.
Nasionalisme seperti ini tidak perlu lagi mempersoalkan 'darah' pemain naturalisasi. Nasionalisme di era digital perlu lebih terbuka dengan pemain-pemain, seperti Matin Paes.Â
Sementara itu, ada lebih dari 10 pemain naturalisasi di timnas Aistralia. Menghadapi Australia, Timnas Indonesia harus menunjukkan disiplin taktik yang baik, kekompakan tim, dan kualitas permainan individu yang tinggi.Â
Namun, di atas semua itu, mereka harus bermain dengan hati yang berkobar-kobar, didorong oleh rasa cinta yang mendalam pada tanah air. Inilah esensi dari nasionalisme dalam sepak bola.
Pertandingan melawan Australia bukan sekadar soal menang atau kalah. Ini adalah kesempatan untuk menunjukkan pada dunia bahwa Indonesia, dengan semangat nasionalismenya, mampu bersaing dengan siapapun.Â
Kemenangan tentu menjadi target, tetapi yang lebih penting adalah menunjukkan karakter pantang menyerah, sportivitas, dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia.
Pada akhirnya, pertandingan melawan Australia adalah panggung bagi Timnas Indonesia untuk menunjukkan pada dunia kekuatan nasionalisme mereka. Ini bukan hanya tentang 90 menit di lapangan, tetapi tentang menulis sejarah baru sepak bola Indonesia.Â
Dengan semangat nasionalisme yang membara, didukung oleh kualitas pemain lokal dan naturalisasi, serta arahan taktis yang tepat dari pelatih Shin Tae-yong, Timnas Indonesia memiliki kesempatan nyata untuk menciptakan kejutan.
Semangat nasionalisme masih bisa dipakai sebagai bahan bakar utama, ditambah dengan kualitas permainan yang mumpuni, bagi timnas Indonesia siap mengukir prestasi di kancah sepak bola Asia dan dunia. Kemenangan bersejarah atas Australia bukan sesuatu yang tidak mungkin dicapai.Â
Mari kita dukung Timnas Indonesia dengan sepenuh hati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H