Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Dinamika Demokrasi Indonesia: #KawalPutusanMK, Demonstrasi Publik, dan Pilkada Threshold

25 Agustus 2024   10:11 Diperbarui: 26 Agustus 2024   22:20 648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Massa aksi unjuk rasa di Gedung Mahkamah Konstitusi (MK), Jakarta Pusat, menyudahi demonstrasi. (Nanda Perdana Putra/liputan6.com). 

Sementara itu, demonstrasi masyarakat ke DPR RI menjadi manifestasi politik dari kegelisahan dan aspirasi publik terkait isu ini. Walau pemakaian istilah 'masyarakat' bisa diperdebatkan, demonstrasi ini bukan hanya tentang menuntut perubahan, tetapi juga merupakan bentuk partisipasi aktif dalam proses legislasi. 

Masyarakat, melalui aksi turun ke jalan, mengirimkan pesan kuat kepada para wakil rakyat. Mereka menunjukkan aksi nyata mengawasi setiap kebijakan yang diambil, terutama yang berkaitan dengan proses demokrasi di tingkat lokal.

Demonstrasi ini juga menjadi cermin dari dinamika hubungan antara masyarakat sipil, lembaga legislatif, dan lembaga yudikatif. Di satu sisi, MK telah membuat putusan yang mengubah aturan main. Di sisi lain, DPR sebagai lembaga legislatif memiliki peran untuk menerjemahkan putusan tersebut ke dalam undang-undang yang aplikatif. 

Masyarakat, melalui demonstrasi, memastikan bahwa suara mereka didengar dalam proses ini. Tentu saja, ada kelompok masyarakat yang juga perlu diakui ekspresi politiknya yang diam dan menganggap Indonesia "baik-baik saja." 

Demokrasi tetap menyediakan ruang politik untuk bersikap berbeda tanpa khawatir mendapat tekanan politik dari kelompok tertentu di masyarakat. Ada kenyataan menarik bahwa ruang-ruang kuliah dipaksa dikosongkan dan mahasiswa terpaksa ikut berdemonstrasi. Ada juga kelompok masyarakat yang dipaksa mengisi pesisir atau pernyataan sikap.

Elemen terakhir adakah pilkada threshold sebagai isu yang kompleks dan multifaset. Di satu sisi, ambang batas yang terlalu tinggi dapat membatasi partisipasi dan menghambat munculnya pemimpin-pemimpin baru yang potensial. 

Massa aksi unjuk rasa di Gedung Mahkamah Konstitusi (MK), Jakarta Pusat, menyudahi demonstrasi. (Nanda Perdana Putra/liputan6.com). 
Massa aksi unjuk rasa di Gedung Mahkamah Konstitusi (MK), Jakarta Pusat, menyudahi demonstrasi. (Nanda Perdana Putra/liputan6.com). 

Di sisi lain, ambang batas yang terlalu rendah dapat mengakibatkan fragmentasi politik yang berlebihan dan potensial menciptakan instabilitas. Putusan MK untuk mengubah ambang batas ini tentu didasarkan pada pertimbangan yang matang, namun implementasinya di lapangan tetap memerlukan pengawasan ketat.

Jangan lupa, perubahan zaman bisa mengadili peraturan ambang batas yang diputuskan di masa lalu tanpa mempertimbangkan konteksnya. Seolah-olah peraturan di masa lalu tidak memiliki nuansa politik tersembunyi. 

Dalam konteks ini, peran partai politik menjadi sangat penting. Mereka harus siap mengakomodasi perubahan ini dengan strategi yang tepat. 

Apakah mereka akan membuka pintu lebih lebar bagi kader-kader muda untuk maju sebagai calon kepala daerah? Atau apakah mereka akan tetap bermain aman dengan mengandalkan figur-figur senior yang sudah teruji? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini akan sangat mempengaruhi wajah politik lokal di masa depan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun