Pertemuan Prabowo Subianto dan Vladimir Putin pada 31 Juli 2024 masih tetap menarik diulas. Di tengah perubahan geopolitik global, pertemuan itu tampaknya mengejutkan berbagai pihak. Pertemuan di Moskow itu malah dapat dikatakan langka dan mendadak.Â
Pertemuan ini menarik perhatian global, mengingat status Prabowo sebagai presiden terpilih yang belum dilantik secara resmi. Momen ini tidak hanya menandai langkah berani dalam diplomasi Indonesia, tetapi juga mencerminkan kompleksitas geopolitik yang akan dihadapi pemerintahan Prabowo pada periode 2024-2029.
Pilar Kebijakan Luar Negeri
Pertemuan Prabowo-Putin dapat dilihat sebagai manifestasi awal dari "good neighbor policy" atau kebijakan bertetangga baik. Dalam kampaye pemilihan presiden, Prabowo sering mengedepankan "good neighbor policy" diproyeksikan menjadi salah satu pilar utama politik luar negeri Indonesia periode 2024-2029.Â
Kebijakan ini secara umum menekankan pentingnya menjaga hubungan baik dengan semua negara, terlepas dari perbedaan ideologi atau sistem politik. Diplomasi personal Prabowo tampak efektif dalam mengamankan pertemuan dengan Putin, yang didampingi beberapa pejabat tinggi Rusia.Â
Gaya diplomasi semacam ini menunjukkan potensi Prabowo untuk memainkan peran yang lebih aktif dalam diplomasi internasional (Weatherbee, 2024). Meski begitu, absennya Duta Besar Indonesia di Moskow dalam pertemuan tersebut menimbulkan pertanyaan tentang koordinasi dan protokol diplomatik yang perlu diperhatikan di masa depan.
Dalam pertemuannya dengan Putin, Prabowo menyampaikan prioritas kerjanya saat nanti resmi menjabat sebagai presiden RI periode 2024-2029. Beberapa prioritas mencakup memperkuat ketahanan pangan, ketahanan energi, menambah jumlah dokter, dan beasiswa besar-besaran untuk mahasiswa Indonesia ke luar negeri.Â
Lebih lanjut, Prabowo juga menyatakan ketertarikannya untuk mengirim mahasiswa Indonesia menempuh pendidikan di kampus-kampus Rusia. Perundingan bilateral itu juga memasukkan rencana membangun dan mengembangkan reaktor nuklir untuk pembangkit listrik di Indonesia.
Rencana kerja sama nuklir dengan Rusia ini menimbulkan pro dan kontra di kalangan pengamat. Di satu sisi, hal ini dapat dilihat sebagai langkah strategis untuk diversifikasi sumber energi Indonesia. Namun, di sisi lain, kerja sama ini berpotensi menimbulkan ketegangan dengan negara-negara Barat yang masih memberlakukan sanksi terhadap Rusia.
Namun, implementasi kebijakan ini di tengah ketegangan global pasca invasi Rusia ke Ukraina menimbulkan tantangan tersendiri bagi Indonesia. Pertemuan Prabowo-Putin juga dapat dilihat sebagai upaya Indonesia untuk menyeimbangkan hubungannya dengan berbagai kekuatan global.Â