Asosiasi Negara-Negara Asia Tenggara (Association of Southeast Asian Nations/ASEAN) telah menjadi kekuatan penting dalam lanskap geopolitik dan ekonomi Asia selama lebih dari lima dekade.Â
Meskipun lahir di era yang berbeda, prinsip-prinsip dan tujuan yang mendasari pembentukan ASEAN tetap relevan dalam menghadapi tantangan kontemporer.Â
Memahami akar sejarah ASEAN adalah kunci untuk mengevaluasi perannya saat ini dan potensinya di masa depan. Ketika ASEAN dibentuk pada tahun 1967, Asia Tenggara berada dalam kondisi yang rentan. Ketegangan Perang Dingin, ancaman komunisme, dan konflik regional seperti Konfrontasi Indonesia-Malaysia menciptakan atmosfer ketidakpastian (Weatherbee, 2019).Â
Pembentukan ASEAN melalui Deklarasi Bangkok mencerminkan keinginan para pemimpin regional untuk menciptakan stabilitas dan mendorong pembangunan ekonomi.Â
ASEAN lahir dari keinginan para pemimpin politik untuk mengamankan lingkungan yang damai bagi negara-negara Asia Tenggara yang baru merdeka untuk fokus pada pembangunan bangsa dan pembangunan ekonomi.
Prinsip-prinsip dasar yang ditetapkan dalam Deklarasi Bangkok - saling menghormati kedaulatan, non-intervensi, penyelesaian sengketa secara damai, dan pengambilan keputusan berdasarkan konsensus - membentuk apa yang kemudian dikenal sebagai "ASEAN Way".Â
Pendekatan ini "bukan hanya preferensi budaya, tetapi pilihan strategis untuk mengelola sistem politik yang beragam dan permusuhan historis." Meskipun sering dikritik karena dianggap menghambat tindakan tegas ASEAN dalam isu-isu kontroversial, prinsip-prinsip ini telah memungkinkan organisasi untuk mempertahankan kesatuan di tengah keragaman yang luar biasa.
Dalam konteks kontemporer, relevansi prinsip-prinsip ini terus diuji. Krisis di Myanmar, misalnya, telah menantang prinsip non-intervensi ASEAN.Â
Namun, pendekatan ASEAN yang berhati-hati dalam menangani situasi ini mencerminkan kesetiaan pada prinsip-prinsip dasarnya sekaligus upaya untuk tetap relevan dalam menangani krisis regional. Deklarasi Bangkok menetapkan tujuan aspirasional daripada komitmen yang mengikat, memungkinkan ASEAN berkembang dengan kecepatan yang nyaman bagi semua anggota.
Fokus awal ASEAN pada kerjasama ekonomi tetap menjadi pilar penting dari misi organisasi. Ba (2009) mencatat bahwa penekanan ASEAN pada kerjasama ekonomi sejak awal mencerminkan keyakinan para pendirinya bahwa saling ketergantungan ekonomi bisa menjadi fondasi bagi perdamaian regional.Â