Tantangan dan Dilema Kebijakan
Meskipun demikian, politik luar negeri Indonesia pasca-reformasi tidak lepas dari tantangan dan dilema. Salah satu isu utama adalah menyeimbangkan antara kepentingan domestik dan tanggung jawab internasional. Tuntutan domestik seringkali berbenturan dengan aspirasi Indonesia untuk memainkan peran global yang lebih besar.Â
Hal ini terlihat misalnya dalam kebijakan Indonesia terhadap isu Laut China Selatan, di mana Jakarta harus berhati-hati menyeimbangkan kepentingan nasionalnya dengan perannya sebagai mediator di ASEAN.
Tantangan lain adalah dalam hal konsistensi kebijakan. Perubahan kepemimpinan pasca-reformasi seringkali membawa pergeseran dalam prioritas kebijakan luar negeri. Anwar (2020) menjelaskan bahwa setiap presiden cenderung membawa penekanan yang berbeda dalam politik luar negeri, yang kadang-kadang mengorbankan kontinuitas kebijakan.Â
Hal ini dapat dilihat dari perbedaan pendekatan antara era Susilo Bambang Yudhoyono yang menekankan "thousand friends, zero enemy" dengan era Joko Widodo yang lebih berfokus pada diplomasi ekonomi.
Dinamika Hubungan dengan Kekuatan Besar
Pasca-reformasi, Indonesia juga harus menavigasi hubungannya dengan kekuatan-kekuatan besar dalam konteks persaingan geopolitik yang semakin intens. Khususnya, kebangkitan China dan persaingannya dengan Amerika Serikat telah menjadi faktor penting dalam kalkulasi politik luar negeri Indonesia.Â
Menurut Emmers (2014), Indonesia mengadopsi pendekatan hedging, berusaha memaksimalkan keuntungan ekonomi dari hubungan dengan China sambil tetap mempertahankan hubungan keamanan yang kuat dengan AS. Strategi ini tercermin dalam kebijakan "bebas-aktif" yang terus dipertahankan Indonesia.Â
Weatherbee (2016) menguraikan bahwa prinsip bebas-aktif semakin ditantang oleh realitas geopolitik kontemporer yang menuntut posisi yang lebih jelas. Tantangan ini semakin terlihat dalam isu-isu seperti Laut China Selatan dan Indo-Pasifik, di mana Indonesia harus berhati-hati menjaga keseimbangan antara berbagai kepentingan.
Isu-isu Non-tradisional dan Soft Power
Era reformasi juga ditandai dengan meningkatnya perhatian Indonesia terhadap isu-isu keamanan non-tradisional. Perubahan iklim, terorisme, dan pandemi global menjadi fokus penting dalam agenda kebijakan luar negeri Indonesia.Â