Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kopi di Keramaian Pasar

7 Juli 2024   11:19 Diperbarui: 7 Juli 2024   11:34 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
d1r9hss9q19p18.cloudfront.net

Di keramaian pasar, aku duduk sendirian,
Kopi hitam mengisi cangkirku,
hampa dalam pandangan.
Biji kopi, perjalanan jauh dari India ke sini,
Seperti cerita hidup yang tak pernah berhenti.

Ketika kopi mengalir di bibirku, aku merenung,
Foucault pun bertitah, kuasa bersembunyi dalam diskursus.
Kopi, seperti kekuasaan yang mengatur pikiran,
Mengalir di antara kita, mengisi ruang dan waktu.

Dalam setiap tegukan, aku merasakan sejarah,
Perkebunan di Priangan, zaman kolonial yang berlalu.
Kopi bukan sekadar minuman, tapi pembelajaran,
Orang Jawa mengolah pikiran, memaknai kehidupan.

Hampa dan sendirian, aku terpesona oleh aroma,
Kopi yang pahit menjadi manis, seperti perjuangan.
Di tengah keramaian pasar, aku menemukan diri,
Dalam cangkir kopi, ada cerita yang tak pernah mati

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Baca juga: Dilema Kopi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun