Di keramaian pasar, aku duduk sendirian,
Kopi hitam mengisi cangkirku,
hampa dalam pandangan.
Biji kopi, perjalanan jauh dari India ke sini,
Seperti cerita hidup yang tak pernah berhenti.
Ketika kopi mengalir di bibirku, aku merenung,
Foucault pun bertitah, kuasa bersembunyi dalam diskursus.
Kopi, seperti kekuasaan yang mengatur pikiran,
Mengalir di antara kita, mengisi ruang dan waktu.
Dalam setiap tegukan, aku merasakan sejarah,
Perkebunan di Priangan, zaman kolonial yang berlalu.
Kopi bukan sekadar minuman, tapi pembelajaran,
Orang Jawa mengolah pikiran, memaknai kehidupan.
Hampa dan sendirian, aku terpesona oleh aroma,
Kopi yang pahit menjadi manis, seperti perjuangan.
Di tengah keramaian pasar, aku menemukan diri,
Dalam cangkir kopi, ada cerita yang tak pernah mati
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H