Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Ketika Tarian Les Bleus Menyingkirkan Portugal dari Panggung Eropa 2024

6 Juli 2024   18:58 Diperbarui: 6 Juli 2024   19:07 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam itu, di bawah cahaya temaram stadion stadion Volksparkstadion, Hamburg, Sabtu (6/7/2024), dua bangsa besar Eropa saling beradu nasib. Perancis dan Portugal, dua negara yang telah lama bersaing dalam panggung sejarah, kemarin bertemu kembali di atas hamparan rumput hijau (Liputan6, 2024). 

Pertarungan ini bukan sekadar pertandingan sepak bola, melainkan sebuah alegori dari persaingan abadi antara dua kekuatan besar Eropa Barat. Timnas Perancis berhasil lolos ke semifinal Euro 2024 usai menang 5-3 atas Portugal lewat adu penalti pada laga perempat final.

Sebuah kemenangan dramatis! Les Bleus, dengan keanggunan khasnya, berhadapan dengan Seleco das Quinas yang dipimpin oleh sang legenda, Cristiano Ronaldo. 

Pertarungan ini bagaikan sebuah tarian antara dua peradaban, antara kehalusan budaya Perancis dan semangat penakluk Portugis. Namun, di balik gemerlap pertandingan, tersimpan kisah panjang hubungan diplomatik kedua negara yang telah terjalin sejak abad ke-14.

Babak pertama berlalu tanpa gol, layaknya dua negara yang saling mengamati dalam kancah politik internasional. Kedua tim seolah sedang melakukan tarian diplomatik, saling menjajaki kekuatan tanpa membuka kartu terlalu dini. 

Perancis, dengan filosofi sepak bolanya yang elegan, mencerminkan sikap diplomasi halus mereka di kancah global. Sementara Portugal, dengan gaya permainan yang lebih langsung, menggambarkan pendekatan yang lebih tegas dalam hubungan internasional mereka.

Memasuki babak kedua, intensitas permainan meningkat. Gol pertama dari Kylian Mbappe seolah menjadi pernyataan bahwa Prancis, dengan kekuatan ekonomi dan pengaruh politiknya, masih menjadi kekuatan yang harus diperhitungkan di Eropa (Kompas, 2024). 

Namun, Portugal tidak mau kalah. Gol balasan dari Bruno Fernandes mengingatkan dunia bahwa negeri kecil ini pun memiliki suara dalam konstelasi politik Eropa.

Drama sesungguhnya terjadi saat pertandingan berakhir imbang dan harus dilanjutkan ke babak adu penalti. Inilah momen ketika kekuatan mental dan keberanian individual diuji, mirip dengan situasi ketika para diplomat harus mengambil keputusan krusial dalam negosiasi internasional. 

Perancis, dengan ketenangan yang luar biasa, berhasil memenangkan adu penalti dengan skor 5-3. Kemenangan Perancis bukan hanya tentang sepak bola. Ini adalah simbol dari resiliensi bangsa Prancis dalam menghadapi berbagai tantangan, baik di lapangan hijau maupun dalam arena politik global. 

N'Golo Kante, pahlawan tengah lapangan Prancis, mencatatkan rekor baru dengan 20 tekel sukses sepanjang turnamen (Bola.net, 2024). Prestasi ini menggambarkan semangat pantang menyerah Perancis dalam menjaga dominasinya di Eropa, baik dalam olahraga maupun politik.

Kekalahan Portugal, di sisi lain, menjadi refleksi dari perjuangan negara-negara "kecil" di Eropa untuk tetap relevan di tengah dominasi kekuatan-kekuatan besar. Cristiano Ronaldo, yang mungkin telah memainkan Euro terakhirnya, menjadi simbol dari perubahan generasi yang tak terelakkan, baik dalam sepak bola maupun dalam kepemimpinan politik Eropa.

Pertandingan ini juga menjadi cermin dari dinamika hubungan Perancis-Portugal dalam konteks Uni Eropa. Kedua negara, meskipun bersaing, tetap menunjukkan semangat sportivitas dan persatuan Eropa. 

Laga ini mengingatkan kita pada pentingnya kerjasama dan solidaritas di tengah persaingan dalam politik internasional.

Kemenangan Perancis membawa mereka selangkah lebih dekat ke mimpi menjuarai Euro 2024. Lebih dari itu, kemenangan ini menegaskan posisi Perancis sebagai salah satu pemimpin de facto Uni Eropa, terutama pasca-Brexit. 

Perancis, dengan kekuatan sepak bola dan diplomasinya, terus memainkan peran penting dalam membentuk masa depan Eropa.

Sementara para pemain Perancis merayakan kemenangan, di sudut lain stadion, air mata Portugal mengalir. Ini bukan hanya tentang kekalahan dalam sebuah pertandingan, tapi juga tentang perjuangan sebuah bangsa untuk tetap relevan di panggung Eropa. 

Portugal, meskipun kalah, telah menunjukkan bahwa mereka adalah kekuatan yang patut diperhitungkan, baik dalam sepak bola maupun dalam politik Eropa.

Malam itu, kita menyaksikan lebih dari sekadar pertandingan sepak bola. Kita melihat alegori dari dinamika kekuatan di Eropa, dari perjuangan untuk dominasi dan relevansi, dari persaingan dan kerjasama. 

Perancis dan Portugal telah memberikan kita pelajaran tentang resiliensi, keberanian, dan semangat Eropa yang tak pernah padam.

Ketika peluit panjang berbunyi dan Perancis merayakan kemenangannya, kita diingatkan bahwa dalam sepak bola, seperti halnya dalam politik internasional, tidak ada yang abadi. Kemenangan hari ini bisa jadi kekalahan esok hari. 

Yang penting adalah bagaimana kita bermain, bagaimana kita bersikap dalam kemenangan dan kekalahan, dan bagaimana kita terus bergerak maju sebagai satu kesatuan Eropa yang lebih kuat dan bersatu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun