Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Menangisi Kegagalan Azzurri Renaissance

2 Juli 2024   13:59 Diperbarui: 3 Juli 2024   11:57 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
encrypted-tbn0.gstatic.com

Namun, harapan itu kini pupus sudah. Kekalahan dari Swiss membuktikan bahwa euforia juara Euro 2020 hanyalah fatamorgana sesaat. Harapan itu ternyata bukan fondasi solid untuk membangun kejayaan yang berkelanjutan.

Di balik kegagalan ini, tersembunyi paradoks yang menarik. Di satu sisi, Liga Italia tengah mengalami kebangkitan. Serie A kembali menjadi magnet bagi bintang-bintang sepakbola dunia. 

Nama-nama seperti Cristiano Ronaldo, Romelu Lukaku, dan Zlatan Ibrahimovic pernah atau masih mewarnai liga domestik Italia. 

Namun di sisi lain, timnas Italia justru mengalami kemunduran. Seolah ada benang merah yang terputus antara kejayaan klub dengan performa tim nasional.

Fenomena ini mengingatkan kita pada konsep imagined community yang diperkenalkan Benedict Anderson (1983). Timnas sepakbola seringkali menjadi representasi dari identitas nasional yang dibayangkan. 

Ketika Gli Azzurri bermain, seluruh Italia bersatu dalam harapan dan kebanggaan yang sama. Namun ketika tim itu gagal, yang terluka bukan hanya 11 pemain di lapangan, tapi juga harga diri sebuah bangsa.

Dalam konteks hubungan internasional, kegagalan Italia di Euro 2024 juga bisa dibaca sebagai metafora dari posisi Italia dalam konstelasi politik Eropa. Sebagai salah satu pendiri Uni Eropa, Italia seharusnya menjadi kekuatan utama yang mewarnai dinamika benua biru. 

Namun realitasnya, peran Italia kini seringkali terpinggirkan, kalah dominan dibanding Jerman atau Prancis. Kekalahan dari Swiss, negara yang bahkan bukan anggota Uni Eropa, seolah menegaskan posisi Italia yang kian rapuh dalam percaturan politik Eropa.

Lantas, bagaimana Italia bisa bangkit dari keterpurukan ini? Jawabnya mungkin terletak pada kesadaran untuk kembali ke akar. 

Italia perlu melakukan introspeksi mendalam, menemukan kembali esensi sepakbola mereka yang telah lama hilang. Calcio bukan sekadar permainan bagi Italia, ia adalah seni, passion, dan cara hidup. 

Sepakbola Italia yang terbaik selalu lahir dari perpaduan antara kecerdikan taktis, keterampilan teknis, dan semangat pantang menyerah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun