Pesta bola Eropa atau Euro 2024 memasuki babak krusial. 16 tim terbaik Eropa bersiap mengadu nasib dan taktik menuju babak 8 besar.Â
Namun, pertarungan ini lebih dari sekadar adu tendangan bola. Di Euro 2024 ini, kita melihat bahwa sepakbola juga bisa menjadi cermin yang memantulkan kompleksitas hubungan antar bangsa di Eropa.Â
Piala Eropa 2024 adalah metafora hidup dari dinamika politik, ekonomi, dan sosial yang terus bergerak di benua biru.
Ketika peluit panjang berbunyi mengakhiri laga-laga perempat final nanti, yang kita saksikan bukan hanya kemenangan atau kekalahan sebuah tim. Yang kita lihat adalah potret besar Eropa kontemporer - dengan segala keragaman, persaingan, dan kerja samanya.Â
Delapan tim yang lolos ke semifinal nantinya bukan hanya membawa kebanggaan bagi negaranya, tapi juga membawa harapan dan aspirasi seluruh bangsa yang diwakilinya.
Di tengah lapangan hijau Allianz Arena, Signal Iduna Park, atau Olympiastadion Berlin, kita mungkin akan menyaksikan lahirnya pahlawan-pahlawan baru.Â
Namun di balik itu, kita juga menyaksikan pergeseran-pergeseran halus dalam konstelasi kekuatan Eropa. Setiap gol yang tercipta, setiap kartu merah yang diacungkan, setiap selebrasi yang meledak, adalah bagian dari narasi besar tentang Eropa dan masa depannya.
Inggris, jawara Grup D, akan berhadapan dengan Slovakia di Veltins-Arena. The Three Lions membawa beban ekspektasi tinggi setelah tampil nit-kejutan di fase grup.Â
Di balik itu, ada pula beban sejarah yang menghantui. Inggris yang kini telah bercerai dari Uni Eropa seolah ingin membuktikan bahwa mereka tetap bagian tak terpisahkan dari benua biru.Â
Sementara Slovakia ingin menunjukkan taringnya di kancah Eropa, membuktikan diri sebagai negara muda yang diperhitungkan.