Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Tiki-Taka dan Tapas: Rasa Manis Pahit La Furia Roja di Negeri Bratwurst

22 Juni 2024   05:49 Diperbarui: 22 Juni 2024   05:55 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

La Furia Roja kini harus menghadapi dilema eksistensial: haruskah mereka tetap setia pada warisan tiki-taka, atau berani berevolusi mengikuti tuntutan zaman? 

Seperti flamenco yang harus beradaptasi dengan musik modern tanpa kehilangan jiwanya, Spanyol pun harus menemukan cara untuk memadukan tradisi dengan inovasi (Washabaugh, 2012).

Di negeri bratwurst ini, Spanyol seolah mencari rasa baru untuk tapas sepakbola mereka. Mereka harus belajar bahwa seperti halnya dalam kuliner, dalam sepakbola pun terkadang diperlukan fusi untuk menciptakan cita rasa yang relevan dengan lidah zaman. 

Namun, tantangannya adalah bagaimana melakukan ini tanpa kehilangan esensi 'ke-Spanyol-an' mereka. Piala Eropa 2024 menjadi panggung bagi Spanyol untuk membuktikan bahwa La Roja masih relevan dalam konstelasi sepakbola Eropa. 

Lebih dari itu, Piala Eropa ini adalah kesempatan bagi mereka untuk mendefinisikan ulang identitas sepakbola nasional mereka. 

Seperti Picasso yang berani mendobrak pakem seni klasik untuk menciptakan aliran baru, Spanyol pun harus berani bereksperimen dengan gaya permainan mereka. Kemenangan atas Kroasia dan Italia dianggap belum membuktikan ampuhnya kultur tiki taka.

Dalam perjalanan ini, Spanyol membawa serta seluruh sejarah dan budaya mereka. Dari semangat conquistador hingga keanggunan matador, dari keberanian El Cid hingga kecerdikan Sancho Panza, semua ini mewarnai DNA sepakbola Spanyol. 

Tantangannya adalah bagaimana mengekspresikan warisan kultural ini dalam bahasa sepakbola modern yang semakin universal. Di tengah atmosfer yang sarat dengan Gemütlichkeit khas Jerman, Spanyol harus menemukan kembali La Furia mereka. 

Bukan kemarahan buta, melainkan gairah yang membara - gairah yang sama yang telah melahirkan karya-karya besar dari Velázquez hingga Almodóvar, dari Gaudí hingga Ferran Adrià.

Ketika peluit pertama Piala Eropa 2024 ditiup, Spanyol akan berdiri di lapangan bukan hanya sebagai tim sepakbola, tetapi sebagai representasi dari sebuah bangsa, sebuah budaya, dan sebuah filosofi hidup. 

Mereka akan memainkan bola, tetapi sesungguhnya mereka sedang menulis sejarah, merajut mimpi, dan menegaskan eksistensi mereka di panggung Eropa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun