Pengalaman otentik bersantap sate yang disajikan langsung oleh orang Indonesia akan memberikan kesan mendalam bagi masyarakat dari negara lain. Selanjutnya, sate Indonesia dapat meningkatkan apresiasi masyarakat di negara tertentu terhadap budaya Indonesia.
Selain itu, kolaborasi antara diaspora dengan pemerintah Indonesia juga penting dalam diplomasi sate. Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bisa memberikan dukungan kepada diaspora, misalnya melalui penyediaan bahan baku, pelatihan kuliner, atau promosi bersama.Â
Program co-branding restoran diaspora dengan nation branding Wonderful Indonesia adalah contoh sinergi yang bisa meningkatkan visibilitas sate sebagai ikon kuliner Indonesia. Promosi sate melalui kanal digital dan media sosial juga tak kalah penting di era global ini.Â
Berdasarkan hasil kajian Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) hingga akhir November 2023 ada sebanyak 295 restoran Indonesia di negeri Belanda, 162 restoran di Australia, 89 restoran di Amerika Serikat, 70 di Malaysia, dan ada 66 restoran di Jepang.
Pemerintahan Presiden Joko Widodo telah meluncurkan program Indonesia Spice Up The World sejak Juni 2020 dengan melibatkan lintas kementerian dan lembaga dan dipimpin oleh Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi.
Dengan program itu, pemerintah menargetkan bisa membuka 4.000 restoran Indonesia dan, sekaligus, mengekspor bumbu/rempah senilai 20 juta dolar AS pada 2024. Dengan menggerakkan diplomasi gastronomi, Indonesia bisa mengembangkan banyak sektor di dalamnya, mulai dari pertanian hingga pariwisata.
Diaspora bisa memanfaatkan platform seperti Instagram, YouTube, atau TikTok untuk membagikan resep, cerita, dan pengalaman kuliner terkait sate. Konten yang menarik dan informatif bisa menjangkau audiens yang lebih luas dan menarik minat mereka untuk mencoba sate atau bahkan berkunjung ke Indonesia.
Meski begitu, diplomasi sate ini juga perlu memperhatikan tantangan tertentu, seperti standardisasi kualitas, adaptasi cita rasa untuk lidah internasional, dan edukasi tentang cara menyantap sate yang autentik. Riset pasar dan pemahaman mendalam tentang preferensi kuliner di setiap negara tujuan diperlukan agar strategi promosi sate bisa disesuaikan dengan tepat.
Selain manfaat ekonomi, diplomasi sate juga berpotensi meningkatkan soft power Indonesia di kancah global. Sate bisa menjadi pintu masuk bagi masyarakat internasional untuk menjelajahi keragaman budaya Indonesia lebih dalam.Â
Ketertarikan pada kuliner bisa berlanjut pada minat terhadap destinasi wisata, bahasa, seni, hingga peluang bisnis dan investasi di Indonesia. Melalui perut, kuliner semacam sate, rendang, soto, dan lainnya dapat membuat orang setempat mengenal Indonesia.