Namun, proses perubahan struktur kekuatan ini tidak mudah dan sering kali dihadapkan pada resistensi dari negara-negara yang menikmati status quo. Bagi Cox (1981), struktur kekuatan yang ada cenderung mempertahankan dirinya sendiri, dan perubahan dalam struktur tersebut hanya terjadi melalui proses yang panjang dan sering kali melibatkan konflik.Â
Ini dapat terlihat dari upaya Amerika Serikat dan sekutunya untuk mempertahankan dominasi dolar AS melalui berbagai kebijakan dan sanksi ekonomi. Salah satu konsekuensi potensial dari dedolarisasi adalah kemungkinan terbentuknya blok-blok ekonomi baru yang lebih otonom dan tidak bergantung pada dominasi dolar AS.Â
Sementara itu, Robert Gilpin (2001) menjelaskan ketika struktur kekuatan berubah, negara-negara cenderung membentuk aliansi atau blok-blok ekonomi baru untuk melindungi kepentingan mereka. Ini dapat terlihat dari upaya Rusia, China, dan negara-negara lain untuk mempromosikan penggunaan mata uang regional seperti euro dan mata uang baru yang diusulkan oleh BRICS.
Dalam menganalisis fenomena dedolarisasi, pendekatan strukturalisme menawarkan kerangka konseptual yang kuat untuk memahami dinamika perubahan struktur kekuatan dalam ekonomi politik internasional.Â
Dengan melihat dedolarisasi sebagai upaya untuk mengubah struktur kekuatan yang tidak seimbang, kita dapat memahami motivasi dan strategi yang digunakan oleh Rusia, China, dan negara-negara lain dalam menantang dominasi Amerika Serikat dalam sistem keuangan global.Â
Meskipun proses ini tidak mudah dan penuh tantangan, dedolarisasi merupakan langkah penting dalam menciptakan sistem ekonomi politik internasional yang lebih multipolar dan berkeadilan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H