Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kopi yang Tersisa

19 Mei 2024   23:06 Diperbarui: 19 Mei 2024   23:29 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok instructables.com

Di cangkir tua, kopi mengering,

Sisa aroma, memori menggiring.

Setiap teguk, cerita terpatri,

Di balik angan, kenangan bersemi.

Kopi pagi, saksi bisu cerita,

Tentang senyum, tangis, dan cita.

Wangi robusta, asam dan pahit,

Bagai kenangan, tanpa pernah tergantikan.

Di setiap seruput, ada harapan,

Kopi yang tersisa, bukan sekadar tumpahan.

Melainkan jejak, dari masa lalu,

Yang terus hidup, di dalam ragu.

Kopi yang tersisa, bukan akhir cerita,

Tapi pembuka, untuk kenangan selanjutnya.

Dalam setiap cangkir, ada janji,

Bahwa kopi akan selalu di sini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun