Selama kepemimpinan Jokowi, Indonesia telah mencapai berbagai keberhasilan dalam diplomasi ekonomi. Dalam satu dekade terakhir, Indonesia telah menandatangani 27 perjanjian ekonomi, mulai dari Preferential Trade Agreement (PTA), Free Trade Agreement (FTA), hingga Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA).Â
Melalui diplomasi ini, Indonesia mempu melakukan perluasan akses pasar, yaitu ke pasar non-tradisional, seperti di Amerika Latin, Afrika dan Karibia. Bahkah, Indonesia menginisiasi hal-hal baru melalui Indonesia-Latin America and Caribean Expo (INALAC Expo), Indonesia-Africa Infrastructure Dialog (IAID), serta beberapa forum lainnya.
Selanjutnya, dplomasi ekonomi Indonesia juga berhasil menarik investasi asing, dengan realisasi investasi mencapai Rp 901,02 triliun pada tahun 2021, meningkat 10% dari tahun sebelumnya. Selama 1 dekade ini, perdagangan naik hingga 24 persen dan investasi meningkat lebih dari 32 persen.
Capaian lainnya termasuk keberhasilan Indonesia sebagai Presidensi G20 pada tahun 2022, menghasilkan berbagai kerja sama ekonomi konkret dengan negara-negara G20. Fokus diplomasi ekonomi Indonesia selama Presidensi G20 2022 juga mencakup isu-isu strategis seperti transisi energi, arsitektur kesehatan global, dan transformasi ekonomi digital.Â
Selain itu, pembentukan pada tahun 2019 berperan mendukung kemitraan dan kerja sama pembangunan dengan negara-negara berkembang lainnya.Â
Data lain juga menyebutkan WHO memilih Indonesia sebagai salah satu hub produksi vaksin berbasis mRNA di kawasan untuk meningkatkan ketahanan kesehatan regional. Penunjukan ini menjadi capaian penting dalam diplomasi ekonomi Indonesia pada masa pandemi Covid-19.
TantanganÂ
Meskipun telah mencapai berbagai keberhasilan, diplomasi ekonomi Indonesia masih menghadapi tantangan ke depan. Laporan penelitian dari sebuah pembaca penelitian pada 2020 menyebutkan bahwa definisi diplomasi ekonomi sendiri masih belum jelas dan perlu dirumuskan dengan lebih baik.Â
Indonesia juga perlu terus beradaptasi dengan dinamika global yang kompleks, seperti persaingan geopolitik, disrupsi teknologi, dan perubahan iklim. Kaitan dinamika global dengan ekonomi Indonesia juga perlu mendapat perhatian.
Tantangan lainnya meliputi dampak pandemi Covid-19 yang menghambat pertumbuhan ekonomi dan aktivitas diplomasi ekonomi. Akibat pandemi Covid-19, ada kebutuhan untuk meningkatkan koordinasi dan sinergi antar-lembaga pemerintah dalam perencanaan diplomasi ekonomi, serta perlunya menjaga keseimbangan antara kepentingan nasional dengan komitmen internasional dalam isu-isu sensitif, seperti perdagangan dan investasi.Â
Isu keseimbangan ini perlu diperhatikan pemerintah mengingat diplomasi ekonomi harus mampu mengatasi persoalan yang diakibatkan oleh pandemi Covid-19. Krisis kesehatan itu menyebabkan perdagangan dan transportasi berhenti selama hampir 1 tahun.Â
Akibatnya, muncul kelangkaan pasokan bahan-bahan kebutuhan di beberapa negara karena kegiatan ekspor dan impor berhenti. Diplomasi ekonomi Indonesia pada masa Covid-19 relatif mampu mencegah krisis pangan dan sebagainya.