Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Artikel Utama

Mengatur AI Melalui Resolusi PBB?

27 Maret 2024   09:59 Diperbarui: 28 Maret 2024   09:05 661
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi artificial intelligence. (da-kuk via Kompas.com)

Dua negara yang seringkali berbaku pendapat itu tampaknya akur dengan ancaman AI di masa depan. Tidak heran, Duta Besar AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield menegaskan bahwa seluruh 193 anggota Majelis Umum PBB telah berbicara dalam satu suara, memilih untuk mengatur kecerdasan buatan dibandingkan membiarkan kecerdasan buatan mengatur kita.

Amerika Serikat sebagai salah satu sponsor resolusi ini, menunjukkan dukungan kuat untuk pembentukan kerangka kerja global. AS melihat ini sebagai langkah penting untuk mengatur AI dengan cara yang melindungi hak asasi manusia dan mempromosikan inovasi yang bertanggung jawab.

China sebagai sponsor bersama resolusi ini juga mendukung resolusi ini, meskipun memiliki kebijakan AI domestik yang ambisius. Dukungan China menunjukkan pengakuan pentingnya kerjasama internasional dalam pengaturan AI dan keinginan untuk menjadi pemain kunci dalam menetapkan standar global.

Sementara itu, Rusia belum secara terbuka menyatakan pendapatnya mengenai resolusi itu. Namun, sebagai pemain utama dalam teknologi global, tanggapan dan kepatuhan Rusia terhadap standar yang ditetapkan oleh resolusi akan menjadi kunci untuk keefektifan regulasi AI secara global.

Resolusi AI yang diadopsi oleh PBB menggarisbawahi pentingnya kerja sama internasional dalam menghadapi tantangan dan peluang yang dibawa oleh AI. Ini merupakan langkah awal menuju pembentukan standar internasional yang mengatur penggunaan AI, dengan perhatian khusus pada etika, hak asasi manusia, dan keadilan global.

Dukungan dari negara-negara besar seperti AS dan China menawarkan harapan bahwa dialog internasional dapat membawa kepada kerangka kerja yang lebih kohesif dan komprehensif. 

Regulasi AI global yang berhasil akan bergantung pada kemampuan untuk berkolaborasi, membentuk konsensus, dan mengadopsi norma yang mendukung kepentingan bersama di tingkat internasional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun