Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

TikTok China Menantang Hegemoni AS?

20 Maret 2024   21:51 Diperbarui: 23 Maret 2024   04:29 728
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.turkiyenewspaper.com/world/20810

Keempat, terkait dengan pengetahuan, TikTok telah menjadi arena utama bagi pertarungan narasi dan informasi. Kekuatan dalam struktur pengetahuan, menurut Strange, sangat penting dalam mempengaruhi persepsi dan pandangan dunia (Strange, 1988). 

Siapa menduga bahwa TikTok membuat China memiliki potensi untuk menyebarluaskan narasi dan nilai budayanya. Bahkan potensi TikTok telah menantang dominasi budaya Barat yang dipimpin oleh AS.  

Kenyataan ini memungkinkan China memformulasi pemahaman global terhadap isu-isu penting, mulai dari politik internasional hingga hak asasi manusia.

Tantangan AS

Meski begitu, upaya China menggunakan TikTok telah menghadapi tantangan dan resistensi dari AS dan negara-negara Barat lainnya. Mereka khawatir bahwa China dapat memanfaatkan TikTok untuk melakukan kampanye pengaruh dan memata-matai pengguna di negara-negara tersebut. 

Hal ini tercermin dalam upaya AS untuk memblokir TikTok dan mendorong ByteDance, perusahaan induk TikTok, untuk melakukan divestasi. Pemerintah AS masih menunggu RUU tersebut lolos dari Senat. 

Walaupun belum ada bukti yang kuat menunjukkan TikTok membagi data pengguna ke pemerintah China atau memiliki fitur tersembunyi yang melanggar privasi, kekhawatran pemerintah AS masih dapat dipahami.

Upaya AS untuk memblokir TikTok merupakan strategi untuk membatasi kemampuan China dalam mengumpulkan data dan menyebarkan narasi yang menguntungkan bagi kepentingan geopolitiknya (Allison, 2023). Langkah ini mencerminkan persaingan kekuasaan struktural antara AS dan China dalam memperebutkan dominasi di bidang teknologi dan ekonomi digital.

Resistensi AS terhadap Tiktok sebenarnya dapat dikatakan lebih lambat ketimbang Inggris, Kanada, Taiwan, India, dan Uni Eropa yang telah melarangnya. Namun, oposisi negara-negara itu memang kurang signifikan dibanding persaingan kekuasaan struktural antara AS dan China lewat TikTok.

Dalam menghadapi tantangan ini, China harus mampu meyakinkan komunitas internasional bahwa TikTok tidak digunakan sebagai sarana untuk melakukan kampanye pengaruh atau memata-matai pengguna. Seperti yang dikatakan Joseph Nye (2011), di era informasi, soft power menjadi sangat penting, dan kemampuan untuk meyakinkan dan mempengaruhi opini publik global menjadi kunci untuk memenangkan persaingan struktural.

TikTok memang memiliki potensi untuk digunakan oleh China sebagai sarana untuk memperkuat structural power-nya di bidang pengetahuan dan produksi, yang dapat digunakan untuk menyaingi hegemoni AS dalam ekonomi digital global. Kemampuan TikTok itu mungkin sama dengan platform-platform sosmed lainnya yang mengumpulkan data penggunanya yang berasal dari AS dan negara-negara lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun