Perkembangan sosial media (sosmed) terkini memang telah memungkinkan berbagai perusahaan sosmed itu muncul sebagai kekuatan struktural baru. Sumber kekuasaan tidak lagi sebatas berasal kepemilikan jabatan (politisi/birokrasi), uang (pengusaha), atau senjata (militer), tapi juga muncul dari kepemilikan data yang masif dan terstruktur melalui algoritma.
Data telah menjadi komoditas politik atau kekuasaan yang sangat berharga. Siapa yang menguasai data, merekalah yang memiliki kekuatan dalam ekonomi digital, kata Parag Khanna (2019), seorang pakar geopolitik.
Dengan basis pengguna TikTok yang besar, China disinyalir memiliki akses ke sumber daya pengetahuan yang luar biasa itu. Akses ke data itu dapat dimanfaatkan China untuk mempromosikan narasi dan agenda geopolitiknya di panggung internasional.
TikTok juga menjadi sarana bagi China untuk memperkuat structural power di bidang produksi. Aplikasi ini menjadi platform yang sangat efektif bagi perusahaan-perusahaan China untuk memasarkan produk dan layanan mereka ke pasar global.Â
Henry Farrell (2020) mengungkapkan bahwa perusahaan-perusahaan teknologi besar saat ini memiliki kemampuan untuk membentuk arena perdagangan dan produksi global sesuai dengan kepentingan mereka. Kemampuan mereka mendikte sistem produksi global ini dianggap melampaui pemilik kekuasaan tradisional, yaitu negara.
Dengan basis pengguna yang besar dan algoritma yang mampu menargetkan konten secara personal, TikTok menjadi sarana yang sangat efektif bagi perusahaan-perusahaan China untuk mempromosikan produk dan merek dagang mereka di pasar internasional.Â
Kondisi ini secara tidak langsung telah membantu China meningkatkan daya saing produk-produknya di pasar global dan memperkuat posisinya dalam rantai nilai produksi global.
Kemampuan untuk mengendalikan pasar dan rantai nilai produksi adalah sumber kekuatan struktural yang sangat penting dalam ekonomi global saat ini (Keohane, 2021). Dengan TikTok, China dapat menggunakan structural power di bidang produksi untuk memperluas pengaruh ekonominya secara global dan menyaingi dominasi AS dalam bidang tersebut.
Ketiga, dalam hal keuangan, perluasan TikTok mempengaruhi perekonomian digital secara global. Dalam promosi e-commerce melalui platformnya, TikTok telah membentuk preferensi konsumen dan tren pasar global.Â
Perkembangan itu secara langsung dipandang menantang hegemoni AS dalam ekonomi digital dan e-commerce. Seperti yang dijelaskan oleh Strange (1988), negara yang mengendalikan struktur keuangan bisa mempengaruhi kebijakan ekonomi dan finansial negara lain.