Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Dugderan di Semarang: Ungkapan Syukur Menyambut Bulan Ramadhan

11 Maret 2024   21:26 Diperbarui: 11 Maret 2024   21:29 1417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://static.promediateknologi.id/crop/0x0:0x0/0x0/webp/photo/p3/20/2024/03/08/Dugderan-Semarang-1518115519.jpg

Dugderan adalah tradisi unik yang selalu dilakukan masyarakat Semarang, Jawa Tengah. Tradisi itu diadakan setiap tahun untuk menyambut datangnya bulan puasa, Ramadhan. Nama tradisi ini berasal dari bunyi bedug dan mercon yang dibunyikan bersamaan, "dug" dan "der".  

Di daerah lain mungkin juga ada tradisinserupa menjelang bulan puasa. Kota Kudus, misalnya, juga memiliki tradisi serupa yang dinamakan 'dandangan'.

Selain menandai mulainya puasa, Dugderan juga menjadi momentum penting untuk bersyukur dan mempererat persaudaraan bagi masyarakat kota Semarang. Pada perayaan tahun 2024, banyak sekali kegiatan menarik yang disiapkan.

Warga Semarang, pemerintah kota, dan tamu dari luar kota ikut meramaikan festival ini. Pada Sabtu, 9 Maret kemarin, kirab budaya Dugderan berlangsung sangat meriah meski hujan turun.

Walikota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, berperan sebagai Kanjeng Mas Ayu Tumenggung Purbodiningrum dan bersama pejabat lain membuka acara. 

Selain itu, Walikota juga ikut pawai Warak Ngendog, simbol unik perpaduan budaya Jawa, Islam, dan India yang menunjukkan pentingnya keberagaman.

Secara historis, dugderan pertama kali diadakan tahun 1881 oleh Kanjeng Adipati Purbaningrat, Bupati Semarang waktu itu. Acaranya dimulai dengan tarian Warak Ngendhog, lalu amanat dari Bu Walikota dalam bahasa Jawa. Yang menarik adalah semua prosesi ini dilakukan memakai bahasa Jawa.

Gambar Warak Ngendhog https://visitjawatengah.jatengprov.go.id/assets/images/dfecdddc-600a-466b-ba92-5c03c6836572.jpg
Gambar Warak Ngendhog https://visitjawatengah.jatengprov.go.id/assets/images/dfecdddc-600a-466b-ba92-5c03c6836572.jpg

Warak Ngendhog merupakan ikon dari perayaan Dugderan. Warak Ngendog adalah binatang mitos berkepala naga, berbadan kambing, dan berekor naga. Ikon itu melambangkan penyatuan budaya Jawa, India, dan Islam.

Secara filosofi, kata “warak” berasal dari bahasa Jawa yang bermakna kambing. Namun, ternyata ada pandangan bahwa “warak” berasal dari bahasa Arab yang berarti suci. Lalu, ada juga interpretasi mengenai “warak” sebagai seekor naga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun