Hasil penghitungan suara pemilihan presiden (pilpres) Komisi Pemilihan Umum (KPU) 2024 masih berjalan alias belum selesai. Di saat bersamaan, quick count dari beberapa lembaga survei telah selesai dengan hasil akhir pasangan calon (paslon) Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka memperoleh suara sekitar 57-59 persen dari 204 juta pemilih di seluruh Indonesia.
Beberapa hari setelah pilpres 14 Februari 2024, capres Prabowo dikabarkan menerima ucapan selamat dari pemimpin negara lain. Instagram Prabowo mengabarkan Perdana Menteri (PM) Australia Anthony Albanese, PM Singapura Lee Hsien Loong, PM Malaysia Anwar Ibrahim, dan Presiden Sri Lanka Ranil Wickremesinghe menyampaikan ucapan selamat melalui panggilan telepon langsung kepada Prabowo.
Bahkan, Presiden Rusia Vladimir Putin juga sudah menyampaikan selamat kepada capres Prabowo pada siang hari tadi. Putin berhadap bisa melakukan dialog dengan Prabowo dan bekerja sama dengan Indonesia di masa depan.
Ucapan selamat dari pemimpin negara-negara itu sangat relevan dengan kebijakan capres Prabowo dalam hubungan internasional, yaitu kebijakan bertetangga baik (good neighbor policy). Negara tetangga dan sahabat dapat dikatakan memberikan pengakuan kepada proses demokrasi yang berjalan dengan baik di Indonesia. Praktek itu juga menunjukkan kesiapan negara-negara tersebut untuk melanjutkan hubungan kerjasama bilateral dengan presiden terpilih pada pilpres 2024.
Hubungan Bilateral
Dalam studi Hubungan Internasional, ucapan selamat dari pemimpin negara lain kepada seorang pemimpin yang terpilih dalam pemilihan umum (pemilu) dapat dianalisis menggunakan konsep hubungan bilateral. Definisi hubungan bilateral merujuk pada interaksi dan kerja sama langsung antara dua negara, tanpa melibatkan negara ketiga (Nye, 2022).
Interaksi antara calon pemimpin Indonesia dan para pemimpin negara lain menunjukkan dinamika klasik dalam hubungan bilateral. Salah satunya adalah saling memberikan dukungan dan menjajaki potensi kerja sama dimasa mendatang (Smith, 2023).
Selain itu, ucapan selamat yang disampaikan para pemimpin asing kepada calon presiden Indonesia adalah sinyal positif bagi pengembangan hubungan bilateral yang lebih erat di masa depan berdasarkan prinsip saling menguntungkan. Hubungan bilateral penting karena memungkinkan dua negara menjalin interaksi lebih erat, menyelaraskan kepentingan masing-masing, dan meningkatkan saling pengertian.
Dalam kasus ini, ucapan selamat dari para pemimpin negara kepada Prabowo sebagai calon presiden terpilih Indonesia patut diapresiasi. Ucapan selamat itu memiliki makna strategis bagi Indonesia dalam tataran hubungan bilateral maupun multilateral. Setidaknya ada tiga arti penting ucapan selamat tersebut.
Pertama, ucapan selamat para pemimpin dunia merupakan bentuk pengakuan internasional atas legitimasi hasil pemilu Indonesia dan apresiasi terhadap nilai-nilai demokrasi yang dijunjung tinggi (Smith, 2023). Ucapan itu memperkuat citra dan reputasi Indonesia sebagai negara demokratis di kancah global.
Kedua, ucapan selamat tersebut membuka momentum awal diplomasi bilateral yang lebih erat antara Indonesia dan kelima negara terkait. Ini berkaitan dengan kerjasama bilateral, khususnya dalam kerangka meningkatkan hubungan ekonomi, keamanan, dan sosial budaya yang saling menguntungkan (Johnson, 2023).
Ketiga, ucapan selamat juga berpotensi meningkatkan kepercayaan investor global terhadap iklim usaha dan politik Indonesia pasca pemilu. Pada gilirannya, kepercayaan itu mendorong laju investasi asing ke Indonesia (Taylor, 2023). Dengan demikian, ucapan selamat para pemimpin dunia punya arti penting memperkuat hubungan luar negeri Indonesia secara menyeluruh.
Dalam pernyataannya, Prabowo menyampaikan harapan untuk dapat bekerja sama dengan para pemimpin dunia tersebut guna mengatasi tantangan bersama seperti perubahan iklim, menjaga stabilitas kawasan Indo-Pasifik, serta memastikan perdamaian dan keamanan internasional.
Pemberian ucapan selamat itu sebenarnya secara tidak langsung berkaitan juga dengan keingintahuan para pemimpin negara lain terhadap kebijakan luar negeri pemimpin baru di Indonesia yang terpilih melalui pilpres 2024. Ada kemungkinan muncul kekawatiran tentang cara kepemimpinan baru akan memandu kebijakan luar negeri Indonesia mulai 20 Oktober 2024 hingga 2029.Â
Presiden Joko Widodo, misalnya, memulai pemerintahannya pada tahun 2014 dengan persepsi bahwa Jokowi memiliki minat yang rendah terhadap kebijakan luar negeri. Sebagian besar masyarakat memandang bahwa isu-isu internasional bukan kekuatannya.Â
Meskipun demikian, dalam masa jabatan keduanya, Presiden Jokowi telah memperlihatkan perubahan. Jokowi mendorong 'aktivisme' Indonesia di ASEAN, khususnya dalam menangani masalah Myanmar dan menjalankan kepemimpinan ASEAN, berusaha menjadi kawan dialog dalam krisis Rusia-Ukraina, dan menjadi tuan rumah KTT G20 di tengah ketegangan antara negara-negara Barat melawan Rusia.
Sementara itu, capres Prabowo menunjukkan pengetahuannya mengenai kebijakan luar negeri Indonesia. Dalam pidato di CSIS Jakarta mengenai arah dan kebijakan luar negeri Indonesia, Prabowo menawarkan good neighbor policy. Melalui kebijakan itu, Prabowo mengajukan tawaran kebijakan untuk memperkuat hubungan bilateral antara Indonesia dengan negara-negara lain. Ini menunjukkan visi global dan kepemimpinan strategis yang hendak ditampilkan Prabowo dalam politik luar negeri Indonesia ke depan.
Momen ucapan selamat dari sejumlah pemimpin negara ini mengindikasikan dukungan dan antusiasme global terhadap perkembangan demokrasi dan dinamika politik di Indonesia. Bagi capres Prabowo, ucapan selamat itu sekaligus menjadi modal penting dan komitmen kuat untuk melanjutkan hubungan bilateral selama ini.
Lebih lanjut, kepemimpinan Prabowo diharapkan dapat memperkuat diplomasi dan posisi tawar Indonesia dalam hubungan bilateral dan di kancah internasional pada lima tahun ke depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H