Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Populisme Ganjar di Pilpres 2024

8 Februari 2024   17:30 Diperbarui: 10 Februari 2024   11:30 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Populisme memang bukan 'barang' baru dalam politik di berbagai negara. Di tingkat global, populisme terbukti dapat membawa sejumlah politisi memperoleh kekuasaan politik, misalnya Viktor Orban, Jaroslaw Kaczynski, dan Robert Fico di Eropa. Contoh lainnya adalah kemenangan Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat.

Sebagai sebuah strategi politik, populisme juga telah dipraktekkan di Indonesia sejak pemilihan presiden (pilpres) 2014 dan 2019. Ketika itu dua kandidat yang bertarung mengusung dua model populisme nasionalis yang berbeda. Mereka berdua adalah Prabowo Subianto dan Joko Widodo.

Dalam Competing populism in post-authoritarian Indonesia (2017), Hadiz dan Robinson menjelaskan bahwa pemimpin populis muncul di Indonesia sebagai bentuk protes atas masalah ketidakadilan struktural yang tidak pernah disentuh sejak demokrasi desentralisasi diterapkan di 1998.

Pilpres 2024 mempertontonkan bagaimana pendekatan populisme dipakai ketiga calon presiden dalam berbagai bentuk yang berbeda. Populisme capres Prabowo tampak pada program makan siang dan susu gratis.

Lalu, capres Ganjar Pranowo menggunakan populisme pada program internet gratis. Sedangkan, capres Anies Baswedan menjanjikan branding 'perubahan' untuk merebut suara rakyat.

Ganjar Pranowo telah menunjukkan pendekatan populis yang kuat dalam kampanyenya untuk Pilpres 2024. Pendekatan ini mencerminkan komitmennya untuk memperjuangkan kepentingan rakyat dan menunjukkan bagaimana ia menggunakan populisme sebagai alat dalam politiknya.

Populisme, dalam konteks ini, merujuk pada pendekatan politik yang berfokus pada kepentingan dan aspirasi rakyat biasa, seringkali dengan mengidentifikasi diri sebagai bagian dari rakyat yang berjuang melawan elit.

Bahkan, populisme adalah kritikan atas sistem demokrasi representatif yang gagal menciptakan keadilan sosial dan menjadi penyambung lidah rakyat yang diwakilinya. Populisme selalu ditandai dengan sikap anti elitisme dan anti-establishment. Terkadang populisme juga selalu ditandai dengan sikap antipluralisme, seperti dipraktekkan Trump di AS.

Ganjar telah menggunakan pendekatan ini dengan efektif, dengan menunjukkan empati dan pemahaman yang mendalam terhadap kebutuhan dan aspirasi rakyat.

Gubernur Populis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun