Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Faktor Jokowi sebagai Soft Power bagi Elektabilitas Capres 2024

23 Januari 2024   22:31 Diperbarui: 25 Januari 2024   07:00 694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemilihan presiden (pilpres)  2024 memang berbeda sekali dengan pilpres sebelum-sebelumnya sejak reformasi politik demokratis 1998 di Indonesia. Salah satu faktor yang menjadi pembeda adalah faktor Jokowi atau Jokowi effect.

Faktor Jokowi bisa diartikan bahwa dukungan Presiden Jokowi akan mempengaruhi elektabilitas ketiga calon presiden (capres). Pemilihan Presiden Indonesia 2024 menandai era baru dalam politik Indonesia. 

Dalam pemilihan ini, kita melihat bagaimana faktor Joko Widodo (Jokowi) mempengaruhi elektabilitas calon presiden, sebuah fenomena yang disebut Jokowi Effect.

Faktor ini membedakan Pemilu 2024 dari pemilihan sebelumnya. Jokowi, sebagai Presiden Indonesia dua periode, telah meninggalkan jejak yang signifikan dalam politik Indonesia. Kepuasan publik terhadap kinerja Jokowi selama masa pemerintahannya berpengaruh pada elektabilitas calon presiden. 

Hasil survei menunjukkan adanya tren kenaikan tingkat kepuasan publik terhadap Presiden Jokowi pada tahun 2023. Faktor pergeseran pemilih Jokowi, antara yang puas dan tidak puas, menjadi salah satu penyebab elektabilitas beberapa calon presiden melejit. 

Dukungan Jokowi bisa memberikan pengaruh terhadap elektabilitas, terutama jika persaingan elektabilitas antar calon presiden sangat ketat. Berbagai diskusi dan survei bahkan menjelaskan faktor Jokowi diyakini menguntungkan salah satu capres, yaitu Prabowo Subianto. 

Sebaliknya, Anies Baswedan dipandang sebagai capres yang paling tidak beruntung dalam konteks Jokowi effect itu. Gagasan perubahan yang diusung Anies mungkin saja menjadi penyebab utamanya. Selain itu, Anies juga menjadi daya tarik bagi orang yang kritis kepada pemerintahan Jokowi.

Sedangkan capres Ganjar diprediksi mendapatkan sebagian kecil dari faktor Jokowi bagi elektabilitasnya. Pandangan pesimis bahkan menyebutkan capres Ganjar mulai ditinggalkan pendukung Jokowi.

Soft Power
Dalam studi Hubungan Internasional, seorang profesor dari Harvard University, yaitu Joseph Nye (2008) mengenalkan konsep soft power. Konsep ini berkaitan dengan kemampuan suatu negara untuk mempengaruhi pihak lain dengan menggunakan daya tarik, bukan menggunakan penekanan atau pemaksaan.

Soft power, menurut Nye, diantaranya terdiri dari unsur-unsur budaya, sistem nilai dan kebijakan. Di tingkat politik Indonesia, negara dapat diasosiasikan dengan aktor, yaitu Jokowi.

Dalam konteks Pilpres 2024 di Indonesia, konsep soft power ini dapat digunakan untuk menganalisis fenomena yang dikenal sebagai "Jokowi Effect". Joko Widodo atau Jokowi, sebagai Presiden Indonesia dua periode, telah meninggalkan jejak yang signifikan dalam politik Indonesia. 

Kepuasan publik terhadap kinerja Jokowi selama masa pemerintahannya berpengaruhi pada elektabilitas calon presiden. Tingkat kepuasan publik kepada kinerja pemerintahan Presiden Jokowi melebihi 75%. 

Tingginya angka itu disebabkan oleh gaya kepemimpinan Jokowi yang pro-rakyat dan berani menghadapi pejabat regional yang kuat. Kepopuleran dan citra positif Jokowi sebagai pemimpin yang berorientasi pada aksi dan hasil nyata, serta dekat dengan rakyat, berdampak pada elektabilitasnya. 

Ini adalah contoh dari penerapan soft power dalam politik domestik. Jokowi Effect sangat diyakini menjadi faktor penting dalam menentukan elektabilitas calon presiden pada Pilpres 2024. Ketiga capres berusaha memperebutkan ceruk elektoral yang puas dengan kinerja Jokowi.  

Faktor Penting

Faktor Joko Widodo atau yang sering disebut "Jokowi Effect" memang memiliki pengaruh terhadap elektabilitas calon presiden Indonesia 2024. 

Beberapa aspek pentingnya, antara lain: Pertama, pergeseran pemilih. Faktor pergeseran pemilih Jokowi, antara yang puas dan tidak puas, menjadi salah satu penyebab elektabilitas beberapa calon presiden melejit.

Kedua, dukungan Jokowi. Dukungan Jokowi bisa memberikan pengaruh terhadap elektabilitas, terutama jika persaingan elektabilitas antar calon presiden sangat ketat.

Ketiga, kepuasan publik terhadap kinerja Jokowi. Kepuasan publik terhadap kinerja Jokowi selama masa pemerintahannya juga berpengaruh. Hasil survei menunjukkan adanya tren kenaikan tingkat kepuasan publik terhadap Presiden Jokowi pada tahun 2023.

Meskipun "Jokowi Effect" memiliki pengaruh elektoral, namun elektabilitas capres tentu saja tidak sepenuhnya ditentukan oleh faktor ini saja.

Faktor lain, misalnya, dukungan dari organisasi relawan Jokowi juga berperan penting dalam "Jokowi Effect". Ratusan organisasi relawan Jokowi telah mendeklarasikan dukungan mereka kepada Jokowi dan berjanji akan mengikuti arahan dari Jokowi.

Organisasi-organisasi ini berperan penting dalam memenangkan Jokowi dalam Pilpres 2014 dan 2019. Setidaknya di ranah jejaring sosial, "Jokowi Effect" memang nyata. 

Mereka menganalisis sejauh mana pengaruh kata kunci 'Jokowi' terhadap perbincangan mengenai tokoh-tokoh lain di jejaring sosial Twitter. Hasilnya menunjukkan bahwa popularitas Jokowi di media sosial berdampak pada elektabilitas calon presiden.

Kenyataan yang perlu diingat adalah bahwa "Jokowi Effect" merupakan fenomena yang kompleks dan dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk kinerja Jokowi sebagai presiden, isu-isu politik dan sosial saat itu, serta dinamika politik nasional dan lokal. 

Pemilu Presiden 2024 memang menunjukkan bagaimana faktor Jokowi ternyata mempengaruhi elektabilitas capres. Faktor soft power ini tidak ada di pilpres-pilpres sebelumnya dan membedakannya dengan pilpres 2024 ini. 

Dengan Jokowi effect, setiap capres berusaha keras mendapatkan dukungan dari masyarakat yang puas dengan pemerintahan Jokowi. Jokowi effect, bahkan, diharapkan setiap capres bisa menang satu atau dua putaran pada pilpres 2024.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun