Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Pembangunan Berkelanjutan Sebagai Penghubung Tema-tema Debat Cawapres Kedua 2024

21 Januari 2024   13:45 Diperbarui: 21 Januari 2024   13:50 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(DERY RIDWANSAH/ JAWAPOS.COM)

Debat calon wakil presiden (cawapres) pada Pemilihan Presiden (pilpres) Indonesia 2024 nanti malam akan menampilkan pembahasan mengenai beragam tema penting. Tema-tema itu mulai dari pembangunan berkelanjutan, pengelolaan sumber daya alam, lingkungan hidup, energi, ketahanan pangan, reforma agraria, hingga perlindungan masyarakat adat dan desa. 

Keberagaman tema-tema itu, kompleksitas masalah di tiap tema, dan kaitan antar-tema tentu saja menjadi persoalan tersendiri bagi ketiga cawapres. Muhaimin Iskandar (Cak Imin), Gibran Rakabuming Raka, dan Mahfud Md mau tidak mau harus mempersiapkan diri.

Penampilan dan kemampuan ketiga cawapres menyampaikan pandangan dan berbaku pendapat akan sangat menarik disimak. Pengalaman Cak Imin sebagai Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (2009-2014) akan beradu gagasan dengan pengalaman Gibran sebagai Walikota, dan kepakaran Menteri Mahfud Md di bidang politik, hukum, dan HAM di debat nanti malam.

Tulisan ini mencoba mencari jalan tengah untuk memahami tema-tema debat cawapres nanti malam. Meskipun tema-tema tersebut terlihat beragam, namun sebenarnya terdapat benang merah yang menghubungkannya satu sama lain, yakni paradigma pembangunan berkelanjutan.

Dari berbagai tulisan, pembangunan berkelanjutan secara sederhana dapat didefinisikan sebagai sebuah pendekatan pembangunan. Pendekatan itu mengedepankan keseimbangan aspek ekonomi, lingkungan hidup, dan sosial. 

Pada tataran global, konsep ini merupakan kunci penyelesaian berbagai tantangan rumit yang dihadapi negara-negara berkembang. Dalam konteks Indonesia dengan segala keragaman hayati dan budayanya, penerapan prinsip berkelanjutan menjadi sangat relevan.

Sebagaimana dinyatakan Emil Salim, pakar ekonomi dan lingkungan hidup, pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam sebaiknya dilakukan dengan memperhatikan aspek people (masyarakat), planet (lingkungan) dan profit (keuntungan) secara seimbang, bukan hanya profit semata. 

Sejalan dengan itu, Cheryl Carolus, mantan Menteri Lingkungan Hidup Afrika Selatan, menegaskan perlunya mendorong investasi ramah lingkungan dan pemanfaatan energi terbarukan. Dengan investasi itu, pertumbuhan ekonomi diperkirakan berjalan seiring dengan pelestarian alam.

Merujuk pada pandangan para ahli tersebut, pembangunan berkelanjutan dapat menjadi penghubung utama antara beragam isu prioritas yang dibahas dalam debat cawapres baru-baru ini. Beberapa faktor pentingnya, meliputi: Pertama, konsep ini menautkan isu sumber daya alam, lingkungan hidup, dan ketahanan energi. Di sini,  cawapres hendaknya menyampaikan visi dan solusi konkret terkait pengelolaan kekayaan alam yang bijaksana. 

Tujuannya adalah melindungi keanekaragaman hayati dan ekosistem vital, serta penggunaan energi terbarukan untuk mengurangi emisi karbon. Dengan tujuan itu, cawapres diharapkan memiliki komitmen kongkrit dalam menggunakan pendekatan berkelanjutan di tiga isu itu.

Kedua, pembangunan berkelanjutan menjembatani persoalan ketahanan pangan dan reforma agraria. Para cawapres dapat mengusung rencana peningkatan produktivitas dan akses petani ke pasar secara berkelanjutan. 

Selain itu, cawapres dapat menjalankan perlindungan hak atas tanah bagi petani dan masyarakat adat demi menjamin kepastian agraria. Masalah ini diprediksi menjadi isu panas dalam debat cawapres nanti malam mengingat kecenderungan petani dan masyarakat adat diabaikan dalam pembangunan ekonomi dan manusia.

Ketiga, pembangunan berkelanjutan terkait erat dengan peran masyarakat adat dan desa dalam pelestarian lingkungan hidup dan sumber daya alam. Melalui faktor ini, cawapres memberikan pengakuan dan perlindungan atas hak adat masyarakat lokal. 

Cawapres perlu menegaskan peran atau partisipasi kongkrit masyarakat adat dan desa melalui berbagai program pembangunan desa, misalnya melalui dana desa. Komitmen ini diperlukan agar kearifan dan praktik lestari mereka tetap terjaga dari generasi ke generasi demi kelestarian ekosistem Indonesia.

Masalah dan Tantangan
Beberapa masalah dan tantangan terkait pembangunan berkelanjutan di Indonesia yang masih dihadapi hingga kini dan perlu menjadi perhatian capres dan cawapres 2024 antara lain:

1. Deforestasi dan degradasi hutan yang masih tinggi. Tantangan ke depan adalah mengurangi laju deforestasi dan mengembalikan tutupan hutan melalui program reboisasi dan rehabilitasi daerah aliran sungai (DAS) yang efektif.

2. Pencemaran lingkungan akibat limbah industri dan rumah tangga. Ketiga cawapres dihadapkan pada tantangan, yaitu penegakan standar emisi dan pengelolaan limbah industri yang lebih ketat, serta pengembangan infrastruktur pengolahan air limbah.  

3. Alih fungsi lahan pertanian subur untuk perumahan dan industri. Indonesia diperkirakan kehilangan ribuan hektar sawah subur setiap tahunnya. Tantangannya adalah penetapan moratorium alih fungsi lahan pertanian pangan berkelanjutan dan penegakan aturan tata ruang untuk melindungi lahan produktif.

4. Minimnya porsi energi terbarukan dalam bauran energi nasional. Para cawapres diharapkan mampu menjawab tantangan mengenai percepatan pembangunan dan adopsi teknologi energi terbarukan, seperti tenaga surya, angin, panas bumi, dan bioenergi melalui skema kerja sama pemerintah dan swasta. 

5. Masih lemahnya perlindungan masyarakat adat dan hak ulayatnya atas tanah dan sumber daya alam. Banyak konflik agraria dan lingkungan akibat pelanggaran wilayah adat. Masalah ini menciptakan tantangan dalam percepatan pengakuan hak masyarakat adat dan perlindungan wilayah adat dalam skema tata kelola hutan berbasis masyarakat.

Itulah beberapa contoh persoalan dan tantangan pembangunan berkelanjutan yang patut menjadi perhatian para calon presiden (capres) dan cawapres dalam visi misi pemerintahan ke depannya agar Indonesia dapat mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan. 

Komitmen itu tidak hanya dari cawapres, tetapi justru diharapkan dari capres juga. Dalam prakteknya setelah terpilih nanti, komitmen presiden lebih penting ketimbang wakil presiden (wapres) mengingat presiden memiliki posisi lebih tinggi ketimbang wapres. Apalagi kecenderungan selama ini, wapres berposisi di 'pinggiran' kekuasaan presiden.

Dengan demikian, pembangunan berkelanjutan memikiki arti strategis dan dapat menjadi penghubung utama dari beragam isu prioritas dalam debat cawapres nanti malam. Melalui implementasi prinsip-prinsip berkelanjutan, Indonesia dapat mewujudkan masa depan yang makmur dan adil secara ekonomi serta lestari dari sisi ekologis.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun