Memang banyak cara menikmati malam menjelang tahun baru 2024, selain di tiga tempat di atas. Ada orang yang naik gunung, menepi ke pantai, berpiknik ke luar kota, tetap di rumah, atau keliling kota yang berujung di pusat-pusat keramaian. Semua cara itu seolah mewakili kebiasaan tiap orang yang berbeda.
Tidak ada yang salah dengan perbedaan cara merayakan atau memperingati pergantian tahun. Semua cara sah-sah saja asal tidak merugikan orang lain. Di era sekarang, pergantian tahun dijadikan sebagai ajang kebersamaan di antara orang-orang yang saling kenal atau tidak saling tahu sama sekali.
Peralihan dari 2023 ke 2024 tentu saja menjadi semacam ritual untuk menengok kembali perjalanan sepanjang tahun ini dan mengambil hikmah bagi perbaikan atau peningkatannyandi tahun 2024.
Yogyakarta adalah magnet pariwisata domestik dan internasional. Bagi orang Indonesia, Yogyakarta menjadi tujuan wisata dari anak-anak hingga orang dewasa. Semua orang bisa ke Jokja dan menemukan space masing-masing, tanpa segmentasi batasan usia.
Bagi orang asing, Yogya adalah kota eksotik. Dengan latar budaya Jawa feodal, tetapi sekaligus terbuka dengan berbagai budaya lainnya, termasuk internasional.
Jadinya, orang-orang dari berbagai kota di Indonesia berwisata di Jokja pun bisa ketemu orang bule. Beberapa bule sudah tinggal di Jokja, mengenal seluk-beluk kota, dan, bisa berbahasa Indonesia atau, bahkan, bercakap ala orang Jawa.Â
Malam tahun baru menjadi ajang pertemuan di antara orang-orang dari berbagai tempat asal. Yang menarik adalah semua perbedaan itu disatukan dengan keramaian dan kemeriahan malam tahun baru.Â
Anda mau ke Tugu, Malioboro, atau Titik Nol Km? Pilih salah satu dan langsung berangkat ke sana. Sekarang sudah lewat maghrib, anda perlu mempertimbangkan ikut memeriahkan pusat pusat-pusat keramaian itu atau pergi ketempat lain bersama teman-teman atau keluarga, atau tetap di rumah, seperti saya:)