Pertama, isu-isu domestik lebih relevan dengan kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia lebih peduli dengan masalah-masalah yang berdampak langsung pada kehidupan mereka, seperti harga kebutuhan pokok, lapangan kerja, dan pendidikan.
Kedua, isu-isu domestik lebih mudah dipahami oleh masyarakat Indonesia. Isu-isu domestik lebih dekat dengan pengalaman dan pemahaman masyarakat Indonesia. Akibatnya, para capres merasa lebih mudah untuk mengkomunikasikan isu-isu domesik. Sebaliknya, masyarakat lebih mudah memahami isu-isu domestik.
Ketiga, isu-isu domestik lebih mudah dijanjikan oleh para calon presiden. Para calon presiden dapat menjanjikan untuk menyelesaikan berbagai masalah domestik, seperti mengurangi kemiskinan, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan kualitas pendidikan.
Keempat, politik luar negeri dan diplomasi dianggap cukup teknis dan terlalu elitis untuk dipahami sebagian kalangan dengan latar belakang pendidikan menengah ke bawah.
Faktor latar belakang pendidikan ini semakin disadari oleh partai politik dan capres 2024 ketika lebih dari 70 persen masyarakat yang puas dengan performa pemerintahan Jokowi ternyata berasal dari segmen ini.
Kelima, pembicaraan mengenai isu-isu luar negeri dianggap kurang menarik minat. Isu-isu internasional dianggap abstrak dan tidak relevan dengan kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia secara langsung.
Masyarakat Indonesia mungkin tidak terlalu peduli dengan masalah-masalah seperti perang di Ukraina, persaingan antara Amerika Serikat dan China, atau perubahan iklim.Â
Kepedulian masyarakat Indonesia lebih mudah dan banyak pada isu-isu Palestina, anti-China, dan pengungsi Rohingya. Meskipun demikian, kepedulian itu tampaknya bersifat segmented di kelompok tertentu, politis, parsial, dan berjangka pendek.
Faktor keenam adalah bahwa isu-isu politik luar negeri seringkali lebih kompleks dan sulit dipahami oleh masyarakat Indonesia. Para calon presiden mungkin sulit untuk menjelaskan secara sederhana dan mudah dipahami oleh masyarakat Indonesia tentang apa yang mereka akan lakukan untuk mengatasi berbagai masalah politik luar negeri.
Hampir semua faktor itu memaksa para calon presiden Indonesia lebih sering berfokus pada isu-isu domestik dalam kampanye mereka. Mereka berharap dengan fokus pada isu-isu domestik, mereka dapat menarik lebih banyak dukungan dari masyarakat Indonesia.
Apalagi kenyataan juga menjelaskan minimnya pengaruh elektoral dari isu-isu internasional, termasuk platform politik luar negeri, terhadap kenaikan popularitas dan, bahkan, suara para capres. Sependek ingatan saya, memang belum ada survei tentang kaitan dua variabel itu.